Masjid Besar Cipaganti, Masjid Bersejarah Tempat Sukarno Salat dan Diskusi

Keberadaan Masjid Cipaganti sendiri adalah saksi bisu sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Agu 2019, 03:00 WIB
Masjid Besar Cipaganti beralamat di Jalan R.A.A. Wiranatakusumah No 85, Kota Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Bila berkunjung ke Kota Bandung dengan niat untuk menambah wawasan sejarah, Masjid Besar Cipaganti rasanya tidak boleh dilewatkan. Selain karena dirancang pada masa pemerintahan Hindia Belanda, masjid ini meninggalkan catatan sejarah yang tak kalah penting dalam perjalanan bangsa meraih kemerdekaan.

Masjid Cipaganti berada di Jalan R.A.A. Wiranatakusumah No 85. Jaraknya sangat dekat dekat dengan Jalan Cihampelas, sebuah kawasan perbelanjaan fesyen terkenal di Bandung.

Keberadaan Masjid Cipaganti sendiri adalah saksi bisu sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak sumber menyebutkan masjid ini pernah menjadi markas persembunyian tentara Pembela Tanah Air (PETA) sekitar 1950-an.

Tak hanya sebagai markas, dalam perjalanannya banyak terlibat tokoh nasional seperti Ir. Soekarno. Berbagai sumber menyebutkan, presiden pertama Indonesia itu seringkali menggunakan masjid ini sebagai tempat pembicaraan penting ketika beliau berada di Bandung. Tujuannya, merencanakan kemerdekaan.

Menurut pengurus Dewan Keluarga Masjid (DKM) Besar Cipaganti, Agus (53), kisah Soekarno pernah salat di Masjid Cipaganti sudah menjadi buah bibir di masyarakat.

"Setahu saya memang begitu. Dulu beliau pernah salat di sini," kata Agus saat ditemui Liputan6.com, Minggu (18/8/2019).

Sebagai rumah ibadah umat Islam, Agus mengatakan, Masjid Cipaganti saat ini digunakan untuk salat dan aktivitas dakwah lainnya. Bahkan mereka yang beribadah tak hanya berasal dari warga sekitar lingkungan masjid, melainkan dari berbagai daerah.

"Jalan Cipaganti (sekarang R.A.A. Wiranatakusumah) ini kan menjadi penghubung antara kawasan Lembang yang banyak tempat wisata dengan Kota Bandung. Jadi selalu ada yang singgah untuk mampir ke sini untuk salat," ujarnya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini


Dikunjungi Wisatawan Mancanegara

Masjid Besar Cipaganti beralamat di Jalan R.A.A. Wiranatakusumah No 85, Kota Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Selain digunakan beribadah, guratan sejarah panjang Masjid Cipaganti membuat banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Maklum saja, Masjid Cipaganti merupakan karya arsitektur berkebangsaan Belanda yaitu CP Wolff Schoemaker.

Dia merupakan arsitek yang begitu banyak merancang bangunan art deco di Kota Bandung. Schoemaker juga menjadi guru bagi Soekarno kala menuntut ilmu rancang desain bangunan di Bandung.

Dibyo Hartono, penulis buku Penghargaan Konservasi Bangunan Cagar Budaya yang diterbitkan Rosda International, menyebutkan Masjid Cipaganti merupakan satu-satunya masjid di Kota Bandung yang dirancang oleh orang Eropa.

Nama awal dari masjid ini adalah Masjid Kaum. Inisiator pembangunan adalah Bupati Bandung bernama Raden Tumenggung Hassan Soemadipraja. Sedangkan perancangnya adalah CP Wolff Schoemaker.

Dalam sebuah plakat di masjid ini tertulis, Masjid Cipaganti didirikan 7 Februari 1933 serta diresmikan setahun kemudian, 27 Januari 1934.

"Kalau dari luar negeri paling banyak datang dari Malaysia. Mereka sampai studi banding ke sini untuk belajar keagamaan," ucap Agus.

Selain warga Malaysia, wisatawan mancanegara yang kerap berkunjung ke Masjid Cipaganti ialah mereka yang datang dari Belanda. Umumnya, wisatawan asing, bukan bertujuan ibadah. Namun mereka datang untuk mengetahui sejarah bangunan.

"Paling sering dari Belanda. Mereka biasanya ingin tahu sejarah bangunan masjid ini. Masuk ke dalam juga untuk melihat kondisi masjid," ujar Agus.

Menurut Agus, orang-orang yang bertujuan untuk wisata religi baik dari luar dan dalam negeri tidak menetap jumlahnya. Bahkan tidak jarang mereka datang saat awal dan tengah pekan.

Namun dia mengakui, belakangan pengunjung di luar mereka yang beribadah, agak menurun. Hal itu disebabkan adanya perubahan lajur kendaraan di depan masjid.

"Kalau dulu sebelum diubah kan mobil yang ke arah Lembang pasti lewat sini dulu. Sekarang karena sudah berubah, jadi sedikit berkurang pengunjungnya," ujar Agus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya