Liputan6.com, Jeddah - Dua kelompok terbang (kloter) jemaah haji Indonesia telah menikmati fasilitas layanan Eyab. Jalur cepat kepulangan bagi jemaah haji dari Pemerintah Arab Saudi.
Kedua kloter tersebut, yakni Embarkasi Jakarta (JKS-4) yang berangkat pada Sabtu (17/8/2019) dan Embarkasi Surabaya (SUB-4) pada Minggu (18/8/2019).
Advertisement
Eyab hanya diperuntukkan bagi jemaah haji 3 negara yakni Indonesia, India dan Malaysia. Khusus Indonesia, hanya 16 kloter yang mendapatkannya dengan jumlah jemaah sekitar 7.000 orang.
"Alhamdulillah (layanan Eyab) berjalan lancar, " ujar Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Arsyad Hidayat di Jeddah.
Dengan fasilitas Eyab, kepulangan jemaah haji lebih cepat dibandingkan reguler. Saat tiba di bandara, jemaah langsung diarahkan ke tenda yang telah disiapkan Otoritas Arab Saudi.
Di lokasi ini, jemaah bisa duduk beristirahat dan menikmati fasilitas di tenda tersebut. Jemaah berada di lokasi ini sekitar 3 sampai 4 jam.
Kecepatan proses bisa dilihat saat jemaah haji melalui proses imigrasi. "Karena hanya cukup dengan pemeriksaan sidik jari, setelah itu bisa langsung ke ruang tunggu untuk kemudian diantar ke pesawat, " lanjut Arsyad.
Dia menilai Eyab menjadi inovasi fasilitas yang baik. Ke depannya, diharapkan lebih banyak lagi jemaah haji yang bisa terlayani inovasi Eyab.
"Kita bisa dikatakan paling banyak (jemaah hajinya) dan Arab Saudi cukup mengapresiasi, mungkin melihat bahwa sistem pengelolaan haji kita cukup bagus makanya kita dijadikan sebagai pilot project," diamenandaskan.
Sistem Zonasi Mudahkan Jemaah Haji Berinteraksi
Sistem penempatan jemaah haji secara zonasi dinilai berdampak positif. Mulai dari interaksi antar jemaah hingga masalah keamanan.
Demikian diungkapkan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, di Makkah, seperti dikutip Minggu (18/8/2019).
Dia mengaku telah mendapatkan masukan positif berkaitan dengan sistem zonasi jemaah haji Indonesia.
Hal positif bagi jemaah haji antara lain berkaitan dengan interaksi antar jemaah haji.
"Positif di kalangan jemaah haji karena memudahkan mereka untuk bisa saling berkomunikasi dengan sesama jemaah haji sedaerah, yang bahasa daerahnya sama," ujar dia.
Hal ini juga dinilai menimbulkan rasa aman karena jemaah bisa tinggal atau berada pada lingkungan satu daerah.
Hal positif lain, memudahkan petugas haji dalam pelaksanaan kewajiban dan tugas. "Karena ada kesamaan asal daerah, bahasa daerah dan lain sebagainya," tambah Menag.
Advertisement