Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan kendaraan listrik di Indonesia tak saja akan diramaikan oleh sepeda motor dan mobil penumpang saja. Volvo Trucks Indonesia siap mendatangkan truk dan bus listrik yang bertenaga elektrik sepenuhnya ke Indonesia.
Namun, pabrikan otomotif asal Swedia itu belum tahu kapan pastinya. Lantaran masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.
Baca Juga
Advertisement
Masalah pertama datang dari Volvo sendiri. Menurut CEO Wahana Inti Selaras (WISEL), distributor resmi Volvo Trucks Indonesia, Bambang Prijono, teknologi baterai yang dimiliki saat ini belum memadai untuk kondisi Indonesia. Iklim khususnya menjadi masalah, yang tentunya berbeda dengan Eropa. Cuaca di Tanah Air berpengaruh pada kinerja baterai.
"Kalau di Indonesia kami belum perkenalkan karena masih terbentur di teknologi baterainya. Masih belum cukup tinggi untuk beroperasi di negara tropis dan macet. Karena baterai kan ada range-nya. Kalau di sana 300 km kemudian charge lagi, kalau Indonesia bisa setengahnya. Karena AC nyala terus dan termperaturnya tinggi," jelasnya di Jakarta, Kamis (16/08).
Selain itu, infrastruktur juga menjadi perhatian. Seperti stasiun pengisian daya, khususnya model fast charging. Ini diperlukan untuk mempermudah operasional kendaraan. Pasalnya, bila Volvo akhirnya membawa produk, kemungkinan penanganan untuk truk dengan bus berbeda.
"Mungkin keduanya (truk dan bus). Tapi teknologinya berbeda. Kalau truk pakai yang bisa jauh. Kalau bus justru mau pakai teknologi opportunity charging. Jadi jarak pendek, tiap berapa kilometer diisi dayanya, tapi fast charging," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengujian di Singapura
Walau belum mengetahui waktunya, Volvo saat ini tengah melakukan pengujian truk dan bus listrik di Singapura. Mengingat iklim di negara itu tak jauh berbeda dengan Indonesa, bisa jadi ini menjadi langkah awal Volvo untuk membenahi permasalahan di atas. Agar nantinya bisa memasarkan di negara-negara wilayah tropis, termasuk Indonesia.
“Di Singapura kami sedang uji coba truk dan bus listrik,” jelasnya.
Dengan segudang permasalahan itu, model hybrid harusnya menjadi opsi yang paling memungkinkan dibawa ke Indonesia. Toh produsen truk dan bus itu punya lini hibrida. Apalagi model itu sudah dipasarkan ke beberapa negara, termasuk negara tetangga, Singapura. Namun kenyataannya, menurut Bambang, hal itu juga sulit diterapkan. Soalnya mesin konvensional yang digunakan berspesifkasi Euro5. Sementara Indonesia belum mampu menyuplai bahan bakar yang memenuhi standar itu.
“Hybrid di Singapura sudah berjalan. Dia pakai mesin Euro 5, jadi bahan bakarnya harus yang bagus. Kami belum siap juga,” tutupnya.
Sumber: Oto.com
Advertisement