Boneka hingga Kain Kafan, Barang Bawaan Jemaah Haji Pulang ke Tanah Air

Jemaah harus merelakan barang bawaannya ditinggal sebagian saat kena penyisiran petugas di bandara.

oleh Nurmayanti diperbarui 19 Agu 2019, 06:00 WIB
Ali Vickry, jemaah haji asal Sumenep yang membawa kain kafan. Liputan6.com/Nurmayanti

Liputan6.com, Jeddah - Fase kepulangan jemaah haji sudah dimulai. Memasuki hari kedua, banyak jemaah yang harus merelakan barang bawaannya untuk ditinggal di Bandara King Abdulaziz, Jedah karena berlebihan.

Dari pantauan Liputan6.com, barang bawaan jemaah beragam. Mulai dari oleh-oleh seperti kurma, makanan ringan, pakaian, tasbih, hingga mainan boneka. Adapula barang pribadi mereka, seperti baju, sandal hingga air zam-zam.

Jemaah haji harus dihentikan petugas maskapai karena kedapatan berupaya membawa barang dengan kantong plastik hingga tas bahan. Padahal, sesuai aturan hanya diperbolehkan membawa satu tas kabin dan tas paspor. 

Alhasil, jemaah harus merelakan barang bawaannya ditinggal sebagian saat kena penyisiran petugas.

Agar tak kena penyisiran, beberapa jemaah haji melakukan siasat. Seperti haji dari Kloter 6 SUB bernama, Ali Vickry. Dia mengaku terpaksa membawa hambal dan segulung kain putih di pundak dan lengannya. Sebab, tidak boleh membawa tas lagi. 

"Ini hambal dikasih orang di hotel jadi harus bawa. Dan ini kain kafan yang saya beli di sini. Sudah dicuci air zamzam di Haram (Masjidilharam). Dari pada suruh di bagasi, saya bawa aja," ujar dia.

Dia mengaku sengaja membawa kain putih tersebut dari Sumenep, Madura tempatnya berasal. Ini persiapan jika dirinya meninggal dunia. Kain kafan tersebut pun tersedia bagi sang istri dan orang tuanya.

Menurutnya, beli kain kafan di Tanah Suci merupakan tradisi di Pulau Madura. "Biar lebih suci," lanjut dia.

 

 
Jemaah haji membawa boneka di lehernya. Winda/MCH

Langkah serupa dilakukan Fadilah, jemaah haji dari Surabaya. Dia rela mengalungkan mainan onta di lehernya. "Saya bawa kurma dan boneka onta buat cucu. Tadi oleh petugas boleh masuk," jelas dia.

Feru Sukaryono menjadi salah satu jemaah yang harus merelakan sebagian barang bawaannya. "Sosialisasi sebenarnya memang sudah dari kloter sudah tapi namanya jemaah biasanya ya tetap membawa seperti kurma dan zam-zam," ujar dia.
 
Dia mengaku membeli banyak oleh-oleh karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. Meski kecewa dengan aturan maskapai, namun dia tetap merelakan barangnya ditinggalkan sebagian.
 
"Pembatasan sangat mengecewakan tapi kita terima saja karena sudah aturan maskapai," dia menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya