Liputan6.com, Jakarta - Smartfren berencana untuk terus memperluas cakupan layanannya ke wilayah timur Indonesia. Hal ini dilakukan setelah perusahaan mempertimbangkan potensi dari pasar yang baru tersebut.
"Setelah kami melihat value yang ditawarkan, paling lambat saat awal 2020, kami menargetkan bisa meluncur di Labuan Bajo dan Kupang," tutur VP Technology Relations and Special Project Smartfren, Munir Syahda Prabowo, saat ditemui usai uji coba 5G oleh Smartfren di Bekasi, kemarin.
Adapun untuk saat ini, Smartfren sendiri sudah hadir untuk wilayah Bali, Lombok, dan Manado. Di sisi lain, Munir juga tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan Paket Palapa Ring Timur yang saat ini dilaporkan sudah selesai.
Baca Juga
Advertisement
"Namun untuk itu harus menunggu integrasi dari Palapa Ring Barat, Tengah, dan Timur. Jadi, nanti saling menyambung," tuturnya melanjutkan. Terkait rencana investasi untuk wilayah Indonesia Timur, Smartfren sendiri masih terus melakukan kajian.
Dengan kajian ini, Smartfren ingin menghitung kebutuhan dan situasi dari masing-masing wilayah tersebut. Menyoal strategi yang disiapkan operator tersebut untuk terjun ke pasar baru, Munir mengaku tidak ada rencana khusus.
Menurut Munir, Smartfren merupakan operator yang paling muda di Indonesia saat ini. Dengan kata lain, saat Smartfren hadir di suatu wilayah, dapat dipastikan sudah ada pemain lain di lokasi tersebut.
"Jadi rumusnya sama saja. Mau di wilayah Timur dan Barat, kami selalu belakangan. Untuk strategi, masih (menawarkan) paling murah. Intinya seperti itu, (sebab) bisnis kompetitor itu memang sudah ada," tuturnya mengakhiri pembicaraan.
Smartfren Uji Coba 5G, Kecepatan Tembus hingga 8,7Gbps
Smartfren akhirnya melakukan uji coba jaringan 5G. Bekerja sama dengan ZTE, uji coba dilakukan di jalur logistik pengiriman barang PT Sinarmas Agro Resources dan Technology.
"Peningkatan sisi telekomunikasi tidak dapat terpisahkan dan dapat dikatakan sebagai backbone untuk untuk kesuksessan Making Indonesia 4.0. Kenapa demikian? Sebab di era industri 4.0 semuanya akan berbasis digital, termasuk human and machine interface," tutur Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys saat konferensi pers di kawasan Smart Marunda, Bekasi, Senin (19/8/2019).
Sebagai bagian dari uji coba, dipasang kamera 360 yang terkoneksi dengan jaringan 5G ke virtual reality headset. Dalam uji coba ini, Smartfren menunjukkan kemampuan 5G dalam beberapa beberapa skenario untuk kebutuhan industri.
Skenario pertama adalah memantau kondisi pabrik melalui virtual reality headset. Jadi, seorang operator tidak perlu mengitari pabrik untuk melihat kondisi sekitar, sebab pemantauan dapat dilakukan secara jarak jauh.
"Bayangkan jika skala penerapannya lebih besar dan tidak hanya sekitar lingkungan pabrik tetapi berbeda kota, maka operator pabrik tidak perlu berada di lokasi untuk melakukan fungsi pemantauan," tutur Merza.
Perlu diketahui, Smartfren menggunakan pita frekuensi 28GHz mmwave untuk uji coba. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memberikan izin selama 12 bulan dengan evaluasi setiap enam bulan.
Tidak lupa, dilakukan pula uji coba 5G dalam pabrik. Hasilnya, pengukur kecepatan mencatat 8,5 hingga 8,7Gbps. Karenanya, kondisi pabrik dapat langsung disiarkan ke virtual reality headset yang digunakan.
Advertisement
Uji Coba 5G untuk Industri oleh Smartfren
Skenario lain dalam uji coba ini adalah melakukan penerbangan drone untuk mengecek jalur logistik yang bermasalah.
Perlu diketahui, bagian pabrik ini sepenuhnya dijalankan secara otomatis, sehingga ada beberapa area yang tidak diperbolehkan untuk didatangi pekerja manusia.
Sebagai gantinya, diperlukan alternatif alat untuk mengecek kondisi tersebut.
Berbekal jaringan 5G yang digunakan, operator dapat langsung menerbangkan drone dan memantau kondisi jalur logistik yang bermasalah tersebut. Setelah ditemukan, operator tinggal menganalisanya.
"Kehadiran teknologi 5G akan membuka banyak peluang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, melalui proses otomatisasi, proses pemantauan real-time dan memungkinkan akses augmented reality lebih baik," tutur CEO PT Smart Downstream Indonesia, Budiono Muljono.
(Dam/Ysl)