Liputan6.com, Surabaya - Salah satu mahasiswa Papua yang kuliah di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya menceritakan pengalaman menempuh pendidikan di Surabaya. Ia pun menyayangkan ada gejolak yang terjadi di Surabaya, Malang, Jawa Timur hingga Papua.
"Sebenarnya, Unitomo dan Surabaya, sudah saya anggap sebagai rumah kedua. Kami tetap semangat kuliah. Tapi, kami sedih ketika teman - teman kami diperlakukan seperti itu. Sedangkan sebenarnya masyarakat memperlakukan kami dengan baik,” tutur dia, Senin, 19 Agustus 2019.
Dia menceritakan, kisah hidupnya ketika memilih menempuh pendidikan di Unitomo. Bukan perkara yang mudah untuk sampai ke Surabaya, Jawa Timur dan menjadi mahasiswa Papua yang kuliah di Surabaya. Dirinya yang berasal dari Kampung Yaru, Distrik Aroba, Teluk Bintuni, Papua Barat harus menyeberangi lautan menggunakan long boat selama satu setengah jam dengan menggunakan kapal perintis menuju Kecamatan Babo.
"Dari desa naik kapal kecil satu jam lalu kapal perintis selama 24 jam," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Mahasiswa semester empat ini melanjutkan ceritanya, dari Kecamatan Babo, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kapal perintis ke Sorong selama 21 jam lebih. “Dari Sorong ke Juanda selama 1 hari penuh. Kalau kapal 4 hari 4 malam,” ucapnya.
Dia tidak sendiri, banyak mahasiswa Papua juga mengalami perjuangan serupa. Mahasiswa Papua ke Surabaya untuk mencari ilmu agar bisa diterapkan saat pulang ke kampung halaman.
Dia mengaku, peristiwa di asrama Papua di Surabaya, secara tidak langsung telah mempengaruhi psikologisnya. "Kami sempat pulang saat kejadian tahun lalu selama satu bulan. Bersama teman - teman satu Kabupaten Teluk Bintuni, sekitar 15 orang," ujar dia.
Selama satu bulan Amaris harus pulang untuk mencari rasa aman. Tentu saja ia banyak kehilangan materi pelajaran di kelas. Sampai informasi situasi kondusif turun dari rekan - rekannya.
"Lalu kami kembali lagi karena dapat informasi teman dan kondisi sudah aman. Sekarang terjadi lagi dan oran tua sudah siapkan tiket. Saya disuruh balik dulu," ucapnya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa Unitomo asal Papua yang lainnya, Paniz Wenda menyayangkan insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua.
"Papua merupakan bagian dari Indonesia. Di sana, warga pendatang dari Jawa maupun pulau lainnya mendapat perlakuan yang baik dan hidup berdampingan. Oleh karena itu, saya berharap warga Papua mendapat perlakuan yang sama di sini,” kata dia.
Dia amat menyayangkan insiden yang memojokkan mahasiswa Papua. Meskipun Unitomo telah menjamin keamanan selama menempuh pendidikan, tidak demikian kondisi yang terjadi pada mahasiswa yang tinggal di asrama.
"Di lingkungan Unitomo kami aman dan nyaman, kami harap Unitomo terus netral dan aman. Belum cukup Indonesia dikatakan sebagai sebuah negara kepulauan tanpa wilayah timur seperti kami yang mencintai republik ini,” ujar mahasiswa semester akhir Fakultas Teknik Unitomo ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Forkopimda Jatim Tingkatkan Komunikasi dengan Warga Papua
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Luki Hermawan menggelar cangkrukan bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) di rumah dinas Kapolda Jatim, Jalan Bengawan Surabaya, Senin, 19 Agustus 2019.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa didampingi Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan, sebetulnya cangkrukan ini sudah bagian dari meluaskan komunikasi dengan mahasiswa Papua di Jawa Timur.
"Gubernur Papua, Lukas Enembe saat syaa telepon menyampaikan akan ada rencana menggelar pertemuan yang sama dengan mahasiswa Papua yang ada di Jawa Timur," tutur Khofifah.
Khofifah menuturkan, pihaknya saling mendiskusikan mana yang mungkin bisa kita jalin, bergandengan tangan, semua kita ajak bersama.
"Kita juga saling membangun dan memunculkan understanding. Ini penting supaya kalau ada sesuatu yang meragukan kebenarannya, maka harus ada klarifikasi dan verifikasi. Muncul understanding ini bisa dibangun kalau kita saling ketemu," kata dia.
Khofifah menuturkan, setelah saling mengerti akan muncul kepercayaan. Saling percaya, tidak mudah untuk terpancing. Kemudian muncul saling menghormati satu sama lain.
"Jadi bangunan untuk saling memahami, percaya dan menghormati itu saling terkait. Jadi persaudaraan yang sejati memang harus dibangun di atas ke salingan itu. Saling memahami, mempercayai dan menghormati," ujar dia.
Sementara itu, Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) Pieter F Rumaseb mengapresiasi kepada Forkopimda Jatim karena telah berusaha membangun situasi yang kondusif.
"Saya atas nama IKBPS menitipkan saudara kita semua pada bapak dan ibu, kami ingin beraktivitas, bekerja, berkuliah dengan damai,” ujarnya.
Advertisement