Smartfren: 5G Merupakan Pelengkap 4G, Bukan Pengganti

Smartfren menuturkan 5G akan dikhususkan untuk melayani kebutuhan berkapasitas besar, seperti industri atau etertainment.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 20 Agu 2019, 14:00 WIB
Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran teknologi jaringan baru, yakni 5G, tak dimungkiri akan segera datang. Oleh sebab itu, sejumlah operator Tanah Air, tak terkecuali Smartfren, mulai melakukan uji coba teknologi anyar ini.

Kendati hadir sebagai teknologi anyar, Smartfren tidak mengganggap 5G semata-mata akan menggantikan jaringan 4G yang sudah ada. Hal itu diungkapkan oleh VP Technology Relations and Special Project Smartfren, Munir Syahda Prabowo.

"5G bukan hanya suksesor 4G. Kenapa? 5G punya spesifikasi tersendiri untuk pasar yang sangat fokus, seperti industri, mobil, entertainment, yang gede-gede. Jangan terpikir (5G) akan gantikan 4G, tapi pelengkap, akan berbarengan," tuturnya ditemui usai uji coba 5G dari Smartfren.

Sementara untuk kebutuhan end-user yang memakai handset atau perangkat mobile, menurut Munir, masih akan menggunakan 4G. Dengan kata lain, 5G nantinya masih akan fokus pada pasar tertentu.

"Sampai kapan? Itu tergantung. Sekarang kan 2G saja masih hidup, tergantung industri dan di lapangan. Jadi, tidak ada masalah kapanpun," tuturnya. Terlebih, perangkat mobile yang mendukung 5G sendiri masih terbatas saat ini.

Akan tetapi, Munir mengatakan kondisi berbeda apabila perangkat mobile tersebut digunakan sebagai terminal atau alat kontrol yang memanfaatkan jaringan 5G. Hal itu memang sudah dimungkinkan saat ini. 

"Perangkat mobile sebagai terminal itu misalnya mengontrol drone untuk terbang. Untuk hadir ke end-user memang pasti ada, tapi itu tergantung kebutuhan. 4G saja masih cukup, untuk chatting atau browsing," tuturnya melanjutkan.


Smartfren Uji Coba 5G, Kecepatan Tembus hingga 8,7Gbps

Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Smartfren akhirnya melakukan uji coba jaringan 5G. Bekerja sama dengan ZTE, uji coba dilakukan di jalur logistik pengiriman barang PT Sinarmas Agro Resources dan Technology.

"Peningkatan sisi telekomunikasi tidak dapat terpisahkan dan dapat dikatakan sebagai backbone untuk kesuksessan Making Indonesia 4.0. Kenapa demikian? Sebab di era industri 4.0 semuanya akan berbasis digital, termasuk human and machine interface," tutur Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys saat konferensi pers di kawasan Smart Marunda, Bekasi, Senin (19/8/2019).

Sebagai bagian dari uji coba, dipasang kamera 360 yang terkoneksi dengan jaringan 5G ke virtual reality headset. Dalam uji coba ini, Smartfren menunjukkan kemampuan 5G dalam beberapa beberapa skenario untuk kebutuhan industri. 

Skenario pertama adalah memantau kondisi pabrik melalui virtual reality headset. Jadi, seorang operator tidak perlu mengitari pabrik untuk melihat kondisi sekitar, sebab pemantauan dapat dilakukan secara jarak jauh. 

"Bayangkan jika skala penerapannya lebih besar dan tidak hanya sekitar lingkungan pabrik tetapi berbeda kota, maka operator pabrik tidak perlu berada di lokasi untuk melakukan fungsi pemantauan," tutur Merza.

Perlu diketahui, Smartfren menggunakan pita frekuensi 28GHz mmwave untuk uji coba. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memberikan izin selama 12 bulan dengan evaluasi setiap enam bulan.

Tidak lupa, dilakukan pula uji coba 5G dalam pabrik. Hasilnya, pengukur kecepatan mencatat 8,5 hingga 8,7Gbps. Karenanya, kondisi pabrik dapat langsung disiarkan ke virtual reality headset yang digunakan.


Uji Coba 5G untuk Industri oleh Smartfren

Smartfren akhirnya melakukan uji coba 5G untuk kebutuhan industri (Liputan6.com/Agustinus M.Damar)

Skenario lain dalam uji coba ini adalah melakukan penerbangan drone untuk mengecek jalur logistik yang bermasalah.

Perlu diketahui, bagian pabrik ini sepenuhnya dijalankan secara otomatis, sehingga ada beberapa area yang tidak diperbolehkan untuk didatangi pekerja manusia. 

Sebagai gantinya, diperlukan alternatif alat untuk mengecek kondisi tersebut. 

Berbekal jaringan 5G yang digunakan, operator dapat langsung menerbangkan drone dan memantau kondisi jalur logistik yang bermasalah tersebut. Setelah ditemukan, operator tinggal menganalisanya. 

"Kehadiran teknologi 5G akan membuka banyak peluang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, melalui proses otomatisasi, proses pemantauan real-time dan memungkinkan akses augmented reality lebih baik," tutur CEO PT Smart Downstream Indonesia, Budiono Muljono.

(Dam/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya