Mahasiswa Papua Berjuang ke Surabaya untuk Cari Ilmu

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, Lucky Daniel mengatakan, anak-anak Papua datang ke Pulau Jawa bertujuan mencari ilmu.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Agu 2019, 16:00 WIB
Mahasiswa Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya menceritakan pengalaman untuk menempuh pendidikan di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, Lucky Daniel mengatakan, anak-anak Papua datang ke Pulau Jawa bertujuan mencari ilmu.

"Bahkan, mereka rela berjuang menempuh perjalanan yang cukup panjang melewati lautan dan berpisah dengan keluarga tercinta untuk menimbah ilmu," tutur dia, Senin, 19 Agustus 2019.

Dia juga berharap kepada pemerintah maupun civitas akademik Unitomo Surabaya untuk memberikan hak sama sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).

"Saudara kami dari Papua datang ke Surabaya mencari ilmu. Mereka juga ingin merasakan ketentraman dan kedamaian, mendapatkan hak yang sama seperti mereka memperlakukan orang non Papua di Papua,” kata dia.

"Kami ingin saudara kita diperlakukan serupa diberikan jaminan keamanan dan kenyamanan di Pulau Jawa khususnya mahasiswa Unitomo baik dari Pemprov Jatim, Pemkot Surabaya saya ingin mereka diberikan jaminan keamanan," ujar dia.

Hal senada juga disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang menuturkan bahwa seluruh mahasiswa Papua yang sedang studi di Jawa Timur, mereka akan terjaga keamanannya dan akan terlindungi.

"Saya berharap bahwa mereka tetap bisa melanjutkan studinya dengan baik," tutur Khofifah di RS Bhayangkara Polda Jatim.

Khofifah Indar Parawansa meminta maaf atas insiden mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang hingga berbuntut panjang dengan adanya aksi Jayapura dan Manokwari.

Khofifah juga menyampaikan, ada informasi yang terkonfirmasi dari sejumlah elemen masyarakat, yang kemudian menimbulkan sensitifitas adalah ada kalimat-kalimat yang kurang sepantasnya itu terucap.

"Saya ingin menyampaikan bahwa itu sifatnya personel, itu tidak mewakili suara masyarakat Jawa Timur," kata Khofifah.

"Oleh karena itu saya ingin menyampaikan permohonan maaf atas nama masyarakat Jawa Timur. Sekali lagi itu tidak mewakili masyarakat Jawa Timur," kata Khofifah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Unitomo Surabaya Jamin Pendidikan 98 Mahasiswa Asal Papua

Mahasiswa Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya menceritakan pengalaman untuk menempuh pendidikan di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya menggelar pertemuan informal dan jajak dengar pendapat dengan puluhan mahasiswa asal Papua di ruang Proklamasi, Senin, 19 Agustus 2019.

Sebanyak 76 mahasiswa lama dan 22 mahasiswa baru tahun ajaran 2019 dari Papua, yang mengemban pendidikan di Kampus Unitomo.

"Jaminan keamanan itu tugasnya polisi, kami akan koordinasi dengan kepolisian untuk memberikan rasa aman bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan," tutur Rektor Unitomo, Bachrul Amiq.

Dia juga menjamin, mahasiswa Papua dapat menjalankan pendidikan dengan baik. "Kami jamin kalian bisa berkuliah di sini dengan aman,” kata dia.

Dia cukup prihatin ada kejadian yang berbau suku, agama, ras dan antargolongan (sara) di Surabaya, Jawa Timur sebagai kota multi etnis. Apalagi insiden terjadi saat masyarakat merayakan hari kemerdekaan. “Hal ini menjadi penting bagi kami karena jumlah mahasiswa Papua di Unitomo cukup banyak,” ujar dia.

Sementara itu, di tempat lain, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, seluruh mahasiswa Papua yang sedang studi di Jawa Timur, mereka akan terjaga keamanannya dan akan terlindungi.

"Saya berharap bahwa mereka tetap bisa melanjutkan studinya dengan baik," tutur Khofifah, Senin, 19 Agustus 2019.

Khofifah Indar Parawansa meminta maaf atas insiden mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang hingga berbuntut panjang dengan adanya aksi Jayapura dan Manokwari.

Khofifah juga menyampaikan, ada informasi yang terkonfirmasi dari sejumlah elemen masyarakat, yang kemudian menimbulkan sensitivitas adalah ada kalimat - kalimat yang kurang sepantasnya itu terucap.

"Saya ingin menyampaikan bahwa itu sifatnya personal, itu tidak mewakili suara masyarakat Jawa Timur," kata Khofifah.

"Oleh karena itu saya ingin menyampaikan permohonan maaf atas nama masyarakat Jawa Timur. Sekali lagi itu tidak mewakili masyarakat Jawa Timur," ia menambahkan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya