Peneliti LIPI Ungkap Rumitnya Penelitian pada Tumbuhan untuk Bahan Baku Obat

Peneliti dari LIPI mengungkapkan bahwa untuk bisa menjadi bahan baku obat, penelitian yang dilakukan pada sebuah tumbuhan panjang dan rumit

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Agu 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, masyarakat sempat heboh karena adanya klaim bajakah yang mampu menyembuhkan kanker. Para ahli mengatakan bahwa meski punya potensi, tetap saja apa yang jadi temuan pelajar Palangka Raya, Kalimantan Tengah itu penelitian yang sangat awal.

Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Jamilah mengungkapkan bahwa penelitian untuk menemukan sebuah tumbuhan untuk bahan baku obat kanker saja, membutuhkan waktu lama. Dalam penelitiannya, butuh waktu 10 tahun untuk menemukan senyawa pada tumbuhan Calophyllum spp yang berguna sebagai bahan baku obat antikanker dan antimalaria.

Jamilah menjelaskan untuk uji klinis saja, paling tidak ada empat fase yang harus dilewati. Peneliti harus menggandeng rumah sakit untuk melakukan tes pada manusia dan menemukan terlebih dulu senyawa yang berguna.

Jamilah mengatakan bahwa sebelum itu, peneliti harus membuktikan terlebih dulu apakah senyawa yang mereka temukan memang bisa menekan atau bahkan membunuh sel kanker.

"Nah ini aktif, sudah dicoba pada empat sel kanker, sel kankernya berkurang tapi ini kan baru senyawa. Untuk dijadikan obat, kita harus menggandeng industri farmasi. Sebelum ke industri farmasi, harus diuji klinis, fase satu sampai empat, itu kita harus bekerja sama dengan rumah sakit," kata Jamilah pada Health Liputan6.com ditemui usai pengukuhannya sebagai profesor utama di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Sebelum Uji Klinis, Penelitian yang Dilakukan Juga Panjang

Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Sebelum uji klinis, harus dilakukan terlebih dulu penemuan senyawa serta uji in-vitro. Dalam tahap tersebut, sel kanker ditanam dalam sebuah media lalu diberikan tumbuhan berpotensi tersebut.

"Kita lihat dengan mikroskop lalu kita lihat dengan alat, sel kanker yang hidup dan mati bisa kita baca," kata Jamilah.

Kemudian, penelitian dilanjutkan dengan uji in-vivo. Di sini, peneliti membandingkan hewan seperti mencit atau tikus yang diberikan sel kanker serta senyawa dari tumbuhan tertentu.

"Setelah uji in-vitro, in-vivo, uji khasiat, uji keamanan, kemudian baru uji klinis," tambahnya.

Setelah jadi obat dan sudah beredar selama beberapa saat, penelitian tetap dilakukan sebagai evaluasi khasiat dari obat yang sudah diedarkan dalam waktu tertentu.

Dalam penelitian yang dilakukan Jamilah untuk menemukan senyawa pada tumbuhan Calophyllum spp yang berguna sebagai bahan baku obat antikanker dan antimalaria saja, membutuhkan waktu hingga 10 tahun agar benar-benar mendapatkan spesies yang tepat.

"Kenapa terlalu lama karena (penelitian) saya bermacam-macam tumbuhan. Sebetulnya kalau sudah dapat satu tanaman tidak usah sepuluh tahun kita fokuskan bisa juga," Jamilah mengungkapkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya