Liputan6.com, Jakarta - Ada kabar baik bagi para penakluk gunung yang menyukai tantangan jalur pendakian baru. Kini mereka bisa mendaki Gunung Salak lewat jalur baru, yakni melalui Cimelati, Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Jalur baru pendakian gunung yang memiliki ketinggian 2.211 meter diatas permukaan laut (Mdpl) itu, melintasi zona rimba atau inti Gunung Salak. Selama ini sudah ada dua jalur pendakian, yakni lewat Cidahu dan Pasir Reungit.
Advertisement
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Awen Supranata mengatakan, pendakian ke kawasan Gunung Salak masih banyak dilakukan secara ilegal. Salah satunya melewati jalur Cimelati. Padahal jalur resmi pendakian gunung yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi yaitu via Cidahu dan Pasir Reungit.
"Memang jalur itu sudah ada, tapi tidak resmi. Karena lewat jalur ilegal, jadi mereka juga tidak memiliki dokumen surat izin masuk kawasan konservasi (Simaksi)," ungkap Awen ditemui usai peringatan Hari Konservasi Alam Nasional, di Kawasan Wisata Cikaret, Minggu (18/8/2019).
Mengingat tingginya jumlah pendaki yang ingin menaklukkan puncak Gunung Salak melalui jalur tersebut, lanjut Awen, TNGHS akhirnya akan membuka secara resmi jalur Cimelati.
"Karena banyak juga yang lewat situ, jadi kita akomodir mereka yang ingin lewat situ menjadi pendaki legal," terang Awen.
Menurutnya jalur via Cimelati akan diresmikan paling lambat awal tahun 2020. Saat ini, pihak TNGHS masih melakukan penataan jalut tersebut meliputi pembangunan shelter, jalan setapak, visit dan center.
"Penataan jalur itu baru mencapai tahap 50 persen. Awal tahun depan sudah bisa dibuka secara resmi," kata dia.
Diungkapkan Awen, jalur Cimelati ini memiliki jarak sekitar kurang lebih 8 jam perjalanan hingga mencapai puncak Gunung Salak I. Para pendaki akan melewati zona pemanfaatan, zona rimba dan zona inti.
"Lewat Cimelati jaraknya lebih pendek dibanding lewat Pos Cidahu," ujar Awen.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Masih Terjaga Baik
TNGHS mencatat, jumlah pendaki yang melakukan pendakian ke Gunung Salak mencapai 3.000 orang setiap tahunnya. Jumlah tersebut di luar data pendaki yang masuk jalur-jalur tikus atau ilegal.
"Alhamdulillah selama kurun 3 tahun ini tidak ada laporan kehilangan atau bencana lain yang menimpa pendaki," kata dia.
Begitu pula kebakaran hutan maupun tanah longsor. Hal itu karena kawasan hutan di Gunung Salak masih terjaga dengan baik.
Advertisement