Liputan6.com, Tangerang Selatan - Memiliki keterbatasan fisik, tidak menghalangi niatan tiga pemuda asal Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), untuk hidup mandiri. Usaha kopi dipilih mereka yang kini ramai dikunjungi pembeli.
Ketiga pemuda difabel itu adalah Wahyu Alistia (25) asal Lampung yang beraktivitas tanpa satu tangan, Saldi Rahman (23) asal Padang tanpa satu kaki, dan Rendy Agusta (25) asal Pekanbaru tanpa satu tangan. Ketiganya membuka usaha di kawasan Pasar Granada Square BSD, Rawa Buntu, Serpong, Kota Tangsel.
Baca Juga
Advertisement
Bukan membuka toko, kedai kopi itu menggunakan konsep food truck. VW Combi berwarna cokelat putih itu menjadi tempat berdagang sehari-hari.
Sebelumnya, para pemuda asal Pulau Sumatera ini telah bekerja di perusahaan. Sekian lama menjadi pekerja, mereka memutuskan keluar dari zona nyaman demi mengubah hidup lebih bermanfaat dan mandiri.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kami mampu berwirausaha seperti anak muda lainnya, tidak ada batasan dan alasan bagi kami untuk menggapai cita-cita yang sama," kata Wahyu Alistia, saat ditemui di lokasi, Selasa, 20 Agustus 2019.
Saldi menerangkan alasan dipilihnya usaha racikan kopi, lantaran kopi sudah dikenal masyarakat. Baik masyarakat berpenghasilan rendah maupun tinggi menyukai kopi. Selain itu, harganya pun tidak terlalu mahal, berkisar Rp18 ribu sampai Rp25 ribu. Dalam sehari, usaha tersebut bisa menjual lebih dari 50 gelas.
"Kopi kita racik sendiri. Salah satu kopi unggulan kita adalah es kopi susu gula aren," ucapnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Filosofi Kito Rato
Pria yang biasa disapa Alis ini bercerita awalnya bertemu dua rekannya di yayasan pelatihan disabilitas di Cibinong, Bogor. Ternyata, ketiganya mempunyai misi yang sama untuk membuka usaha. Ketiganya pun memberanikan diri lepas dari kerjaan di perusahaan.
"Kita ingin disamaratakan dengan orang yang normal. Kami juga punya keinginan yang sama. Kekurangan kita bukan halangan untuk maju dengan membuka usaha," ujarnya.
Menurutnya, keinginan kuat dan jiwa usaha yang dimiliki bersama rekannya menjadi modal dasar membuka coffee shop yang menyediakan kopi dan milk shake ini. Adapun filosopi Kito Rato ini mereka ingin disamaratakan.
Ditambahkan, rekan Alis, Saldi mengaku setelah kecelakaan kakinya terpaksa harus diamputasi. Mentalnya jatuh dan putus asa. Namun, setelah mengikuti pelatihan disabilitas pikirannya mulai terbuka dan harus move on.
"Kalau ingat dulu sehabis kecelakaan yang sebabkan kaki saya diamputasi, saya sempat putus asa, semua yang dicita-citakan, saya anggap selesai. Namun saya selalu dapat motivasi dari ortu, dan melihat kedua adik saya, siapa nanti yang akan membiayai mereka kelak," tuturnya.
Advertisement