Manchester - Saat Manchester United (MU) menang 4-0 atas Chelsea pada pekan pertama Liga Inggris 2019-2020, para pendukung klub berjuluk Setan Merah itu beruforia. Mereka merasa klub kesayangannya telah bangkit.
Permainan atraktif ala Sir Alex Ferguson sukses disajikan Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer. Hal yang tidak pernah terjadi di era Jose Mourinho.
Advertisement
Legenda hidup Man United, Garry Neville, saat menjadi pundit di Sky Sports dengan percaya diri menyebut bahwa klub yang membesarkannya sudah siap bertarung di gelanggang persaingan juara Liga Inggris.
Sayangnya, fakta-fakta seperti Chelsea yang jadi lawan tidak dalam kondisi ideal diabaikan. The Blues tampil minimalis dengan stok pemain terbatas, karena mereka terkena larangan transfer pemain oleh FIFA.
Frank Lampard, yang baru didatangkan sebagai manajer, sedang mencari bentuk permainan terbaik tim asuhannya. Sejatinya penampilan Manchester United tak benar-benar superior.
Hal itu akhirnya terbukti pada laga lanjutan Premier League melawan, Wolverhampton Wanderers pada Selasa (20/8/2019) dini hari WIB. Manchester United tak benar-benar mendominasi permainan. Mereka harus puas dengan hasil imbang 1-1.
Artinya, sebagai sebuah tim MU masih rapuh. Ole Gunnar Solskjaer masih punya banyak pekerjaan rumah yang perlu dibereskan jika ingin menyaingi Liverpool dan Manchester United. Berikut beberapa kelemahan yang dimiliki MU. Apa-apa saja?
Nikmati video statistik laga Wolverhampton Vs Manchester United di bawah ini:
Stok Pemain Kreatif Amat Minim
Saat menghadapi Wolverhampton Wanderers terlihat jelas Manchester United minim pemain kreatif di sektor tengah. Setan Merah hanya punya seorang Paul Pogba sebagai kreator.
United butuh figur kuat di lini kedua. Pemain yang mampu memainkan tempo, penyodor umpan yang memanjakan para penyerang, dan agresif bergerak mengomandoi rekan-rekannya.
Hal itu tak bisa dilakukan seorang Pogba saja. Gelandang serang asal Prancis tersebut kuat dalam duel satu lawan satu, ia juga punya kemampuan menyodorkan umpan yang ciamik, namun ia bukan tipikal pemain yang bisa mengendalikan permainan.
Saat unggul satu gol atas Wolves, semestinya Man United memperlambat tempo permainan, mencegah pergerakan agresif pemain-pemain ofensif lawan untuk melakukan penetrase cepat ke jantung pertahanan. Hal itu tak bisa dilakukan dengan baik oleh United. Mereka terjebak untuk memainkan sepak bola tempo tinggi, yang cenderung terbuka.
Bicara soal pemain kreatif, stok gelandang gelandang yang dimiliki Manchester United, rata-rata karakternya sama, mereka tipikal seorang jangkar, kuat bertahan dan lemah saat melakukan build-up permainan menyerang. Mereka tentu tidak bisa berharap Scott McTominay, Nemanja Matic, dan Fred, mengkreasikan sesuatu yang mengejutkan lawan.
Andreas Pereira yang selama ini jadi pelapis Paul Pogba, belum matang benar permainannya sebagai playmaker. Mengandalkan seorang Paul Pogba terus-menerus akan merepotkan Manchester United ke depannya. Sang pemain juga punya problem menjaga stabilitas permainan.
Advertisement
Skema Menyerang yang Mudah Dibaca
Ole Gunnar Solskjaer senang dengan sistem permainan ofensif cepat dan fleksibel. Ia menyingkirkan Rumelu Lukaku, karena menilai sang pemain tak bisa menjalankan sistem yang ia bangun.
Strategi tersebut sejatinya bagus jika Manchester United punya banyak stok penyerang yang menunjangnya. Setan Merah saat ini hanya punya Anthony Martial, Marcus Rashford, dan Jesse Lingard yang secara sempurna bisa menjalankan kemauan Solskjaer.
Persoalan muncul saat ketiga pemain tersebut dimatikan lawan. Solskjaer tak punya back-up plan.
Di skuat pelapis Man United hanya ada dua penyerang, Daniel James dan Mason Greenwood (dengan asumsi Alexis Sanchez bakal segera dilego ke Inter Milan). Gaya permainan keduanya mirip dengan trio penyerang utama.
Menghadapi klub sekelas Wolves seperti mati angin. Mereka tampil amat agresif pada babak pertama, namun ketika permainan terbaca dengan mudah dimatikan pada paruh kedua pertandingan.
Lubang di Dua Sisi Melebar Pertahanan
Duet Luke Shaw dan Aaron Wan-Bissaka di posisi fullback tampil memesona saat Manchester United menghajar Chelsea 4-0 pada pekan perdana Liga Inggris. Mereka amat agresif dan mobil saat membantu serangan.
Di balik kelebihan yang mereka miliki, mereka punya kelemahan. Keduanya sering terlihat terlambat turun ke belakang. Saat menjajal Wolves, Luke Shaw terlihat sering jadi bulan-bulanan gelandang sayap lawan, Adama Traore.
Banyak peluang emas Wolves lahir dari dua sisi melebar pertahanan Manchester United.
Efek nyatanya kerapatan duo bek tengah, Victor Lindelof dan Harry Maguire, merenggang. Situasi ini membuat pemain-pemain Wolverhampton Wanderers dengan mudah mengeksploitasi pertahanan Setan Merah lewat permainan kombinasi di area tengah pertahanan.
Sumber: Bola.com
Advertisement