Liputan6.com, Hong Kong - Selasa 20 Agustus 2019 lalu, dua polisi Hong Kong ditangkap karena terungkapnya video yang memperlihatkan penyerangan mereka terhadap seorang pria berusia 62 tahun bernama Chung. Saat lelaki tersebut diikat ke brankar --sejenis tempat tidur-- di sebuah rumah sakit.
Video tersebut kemudian viral.
Advertisement
Dilansir dari Upi.com, Rabu (21/8/2019), seorang anggota parlemen dari pihak oposisi menyebarkan sebuah video tentang dugaan penyerangan tersebut, ia mendapatkan video tersebut dari anak korban.
Kedua polisi tersebut kemudian ditahan untuk dimintai keterangan di Kantor Polisi Sheung Shui. Selain itu, seorang perwira tak berseragam terlihat dalam video tersebut juga ditangkap karena tidak melaporkan kejadian tersebut.
Chung berada di tempat tersebut (rumah sakit) karena kondisinya yang terpengaruhi minuman beralkohol, ia tidak ada hubungannya dengan demonstrasi anti ekstradisi Hong Kong.
Malam sebelumnya, Chung sempat ditangkap kepolisian setempat karena diduga menyerang polisi pukul 23.00 malam. Si korban juga di tempatkan di ruangan "pasien terganggu" dengan dinding dan lantai yang empuk, karena diduga emosionalnya tidak stabil.
Dalam video tersebut terlihat si pelaku yang merupakan polisi memukul bagian kepala dan wajah Chung yang terbaring tak berdaya. Kemudian, ia dipukul di bagian vital, perut, dan wajahnya. Setelahnya, mereka memutar pergelangan tangan Chung lalu melepas celananya.
Kepolisian Akan Serius Menyelidiki Kasus Ini
Anak-anak Chung tidak terima dengan apa yang dilakukan pada sang ayah, dan mengatakan bahwa para polisi "tidak punya hukum" tersebut harus dilempar ke penjara.
Pihak kepolisian bersumpah sebelumnya untuk tidak memihak selama penyelidikan berlangsung.
"Aparat akan secara tegas menyelidiki kasus ini dengan adil, dan jujur," Sebut juru bicara kepolisian.
Kepala Inspektur Polisi Hubungan Masyarakat Cabang Tse Chun-chung mengkonfirmasi penangkapan dua polisi tersebut.
"Polisi tidak akan menutup mata terhadap kekerasan, terutama bagi petugas yang sengaja melanggar hukum," kata Tse. "Berdasarkan pemahaman kami, biasanya tidak ada kamera pengintai di dalam, jadi kami akan mendatangi rumah sakit nanti." tambahnya.
Reporter: Windy Febriana
Advertisement