4 Alasan Arsenal Boros di Bursa Transfer Musim Panas Ini

Arsenal sebelumnya dikenal pelit di bursa transfer. Mereka memilih membina pemain muda.

oleh Ario Yosia diperbarui 22 Agu 2019, 07:30 WIB
Striker Arsenal, Alexandre Lacazette usai mencetak gol ke gawang Burnley (Daniel -Leal Olivas/AFP)

Jakarta - Arsenal menggebrak pada bursa transfer musim panas. Setelah dikenal pelit, The Gunners merogoh kocek dalam-dalam demi menambah kualitas skuat. 

Pergerakan Arsenal dimulai dengan mendekati Wilfried Zaha dan Kieran Tierney. Zaha juga ingin bergabung dengan Arsenal, tapi harga mahal Crystal Palace jadi penghalang utama.

Zaha sulit, Arsenal mengalihkan fokus pada Nicolas Pepe. Penyerang Lille ini sebenarnya sudah lama masuk radar Arsenal, dan baru kali ini mereka benar-benar bergerak.

Pepe didatangkan dengan memecahkan rekor transfer klub (72 juta poundsterling). Pembelian ini bakal memuaskan Unai Emery yang memang sudah lama mencari penyerang sayap.

Sebelum Pepe, Arsenal terlebih dahulu menuntaskan peminjaman Dani Ceballos dari Real Madrid. Meski tidak ada opsi pembelian permanen, setidaknya Ceballos bisa membantu Arsenal kembali ke Liga Champions musim depan.

Arsenal tidak berhenti membuat kejutan. Pada hari deadline transfer Premier League, Kamis (8/8/2019), mereka menuntaskan pembelian David Luiz dan Kieran Tierney.

Unai Emery sempat kesal karena terus-menerus diserang pertanyaan perihal kelemahan pertahanan Arsenal, dan dia menjawabnya dengan mendatangkan dua bek tersebut.

Jauh sebelum itu, Arsenal membeli penyerang muda Brasil, Gabriel Martinelli yang diduga bakal bermain untuk akademi. The Gunners juga membeli William Saliba, tetapi meminjamkannya kembali ke Saint-Etienne untuk semusim ke depan.

Hal apa yang membuat Arsenal musim ini agresif banyak memboyong pemain baru? Direktur Arsenal, Josh Kroenke, kepada BBC membuka sejumlah alasan. Simak detailnya di bawah ini: 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Kekalahan Menyakitkan di Final Liga Europa

Bek Chelsea, David Luiz, berebut bola dengan striker Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang, pada laga final Liga Eropa di Baku Olympic Stadium, Kamis (30/5) dini hari WIB. Chelsea menang 4-1 atas Arsenal. (AP Photo/Luca Bruno)

Direktur Arsenal, Josh Kroenke telah mengungkapkan kebobolan empat gol di paruh kedua final Liga Europa 2018-2019 mengubah cara pandang manajemen terhadap apa yang harus dilakukan klub musim ini.

The Gunners kalah 4-1 dari Chelsea di Azerbaijan pada bulan Mei silam. Kini mereka sudah tiga musim berturut-turut tak bermain di Liga Champions.

Kroenke mengatakan kekecewaan pencapaian di Baku adalah titik balik yang menyebabkan Arsenal menjadi salah satu klub yang jor-joran belanja pemain musim 2019-2020.

"Ketika paruh kedua pertandingan berlangsung, memahami posisi kami dan beberapa target saat kami menuju musim panas dari sudut pandang transfer, kami harus memikirkan kembali beberapa strategi kami berdasarkan pencapaian 45 menit terakhir itu. Arsenal harus melakukan sebuah perubahan besar," kata Kroenke .

Klub yang dimiliki oleh ayah miliarder Kroenke, Stan, dikecam di awal musim panas oleh suporter yang menuntut The Gunners melakukan beberapa penyegaran.

Berbicara tentang hasil akhir dari final Liga Eropa dan perubahan target transfer, Kroenke mengatakan: "Kami tahu kami tidak tampil di Liga Champions, harus ada penyesuaian dalam melakukan perburuan pemain. Pesan utama saya kepada Vinai Venkatesham (Direktur Pelaksana Arsenal) dan Raul Sanllehi (Direktur Sepak Bola] saat pulang dari dari Baku di pesawat dan kemudian sepanjang pertemuan sepanjang hari pada hari berikutnya dengan mereka dan Unai Emery, adalah: 'Mari kita menjadi pemain secara agresif dan mencari tahu apa yang mungkin'."

 


Tekanan Suporter

Para pemain Arsenal membawa spanduk menyapa suporter usai pertandingan melawan Chelsea pada International Champions Cup (ICC) di Stadion Aviva di Dublin (1/8). Arsenal menang atas Chelsea lewat adu penalti 6-5. (AFP Photo/Paul Faith)

Kroenke membantah bahwa protes dari penggemar musim panas ini bukan alasan bahwa klub menghabiskan lebih dari 100 juta poundsterling untuk berbelanja pemain.

"Saya akan mengatakan bahwa jika Anda bereaksi dan melakukan aktivitas transfer klub berdasarkan opini publik, klub Anda tidak akan pernah menjadi besar," katanya.

"Kami tidak reaktif musim panas ini, kami sebenarnya proaktif. Saya mencoba menjawab kekhawatiran suporter dengan berupaya sebaik mungkin beraktivitas di bursa transfer.

"Pasar transfer adalah hal yang berkembang, hidup, bernafas. Kami mengidentifikasi target-target utama, mengerjakan kesepakatan-kesepakatan itu dan seiring waktu kami dapat melaksanakannya."

Jawaban diplomatis, namun menegaskan bahwa suporter punya peran di balik perubahan besar ini.

Ketika ditanya apa reaksi ayahnya, Kroenke menambahkan: "Dia senang. Karena kami memiliki kesempatan untuk mendapatkan beberapa wajah baru. Ia lebih banyak di belakang layar dan jika ada kesempatan ia selalu ingin berada di sekitar mereka untuk mengenal secara pribadi," ujar Josh Kroenke.


Mempermudah Kerja Unay Emery

Mesut Ozil bersama Unai Emery. (AFP/Glyn Kirk)

Unai Emery menggantikan Arsene Wenger dengan kontrak tiga tahun pada Mei 2018. Di musim perdananya, pelatih asal Spanyol itu menempatkan klub di jajaran 5 besar Premier League serta runner-up di Liga Eropa.

"Saya pikir dia telah melakukan pekerjaan dengan baik dan melakukan pekerjaan dengan baik," kata Kroenke.

"Meneruskan kepemimpinan manajer senior dan figur legendaris seperti Arsene, tidak hanya di Arsenal tetapi di sepak bola Eropa, selalu akan menjadi sesuatu yang sulit.

"Saya pikir pendekatan harian Unai luar biasa. Dia ada di luar sana di lapangan, dia bekerja, dia menonton video, dia berkomunikasi dan energi harian dan pengabdiannya pada pekerjaannya luar biasa. Hal itu yang kami butuhkan."

Untuk mendukung kinerja Unai Umery klub harus memberi dukungan penuh. Salah satunya membantunya membangun tim dengan melibatkan pemain-pemain yang ia inginkan.


Membidik Target Juara Premier League

Tertinggal 28 poin di belakang juara Manchester City di pentas Premier League musim lalu jelas situasi yang tak mengenakkan. Arsenal ingin mengejar ketertinggalan tersebut. The Gunners percaya diri membidik gelar Liga Inggris.

The Gunners adalah pelanggan papan atas, dan tercatat lima kali jadi kampiun interval 1989-2004. Tetapi sekarang sudah lebih dari 15 tahun sejak 'Invincibles' mempersembahkan gelar kompetisi, Arsenal terlihat kesulitan di persaingan elite.

"Ambisi kami sama dengan para penggemar. Kami ingin menang dan kami ingin menang sebanyak dan sesering mungkin. Dan melakukannya dengan cara yang menyenangkan, di mana mereka melihat sepak bola yang sangat menghibur juga, "kata Kroenke.

Arsenal telah memenangkan dua pertandingan awal, melawan Newcastle dan Burnley, tetapi selanjutnya mereka bakal bersua Liverpool dan Tottenham. Tes bagus untuk mengukur kesiapan Arsenal berada di persaingan juara.

"Ada beberapa tim yang sangat kuat di depan kita, mulai juara bertahan [Manchester City] dan juara Liga Champions [Liverpool]. Kami tahu apa yang perlu kami lakukan; kami tim yang amat kuat di depan kami. Kami siap bersaing dengan mereka. Arsenal jadi tim yang lebih kuat saat ini, beda dengan saat di Baku," ujar Kroenke.

 

Sumber: Bola.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya