Liputan6.com, Jakarta - Sesungguhnya, ibadah haji merupakan suatu proses untuk menemukan kembali jati diri yang hilang akibat tertimbun oleh sifat-sifat kurang baik.
Dikutip dalam buku Displin Berhaji Menuju Haji Mabrur karya H.A Tabrani Rusyan, ibadah haji mendorong manusia merenungkan kembali asal usul dan jati dirinya sebagai makhluk yang berakhlak, beradab, dan berperikemanuisaan.
Advertisement
Penemuan kembali jati diri sebagai insan kamil dapat diperoleh bila seseorang dapat meraih haji mabrur. Dan hal itu dapat dilihat dari perubahan sifat dan sikapnya. Perubahan tersebut dari sifat dan sikap mudzmumah kepada sifat dan sikap mahmudah.
Haji mabrur menuntut adanya perubahan dalam diri secara total. Yang baik menjadi baik dan lebih taat lagi setelah menunaikan ibadah haji.
Berikut tanda-tanda keberhaslan seseorang mendapatkan haji mabrur:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menjadi Perekat Hubungan
Dalam pandangan seorang yang telah meraih haji mabrur yaitu seseorang tidak akan mau melihat perseteruan, perpecahan, dan permusuhan. Baginya, itu adalah bencana besar bagi umat Islam.
Ia tidak ingin ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, serta ukhuwah insaniyah terganggu dan terkoyak di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu, ia tidak pernah tinggal diam untuk mendamaikan segala bentuk perseturuan, perpecahan, dan permusuhan di tengah masyarakatnya. Bahkan, ia menjadi pelopor dan perekat persatuan di likungannya.
"Bila muncul suatu perbedaan pendapat,akan segera diselesaikan dengan cara bijaksana. Bila terjadi perseteruan akan segera dipertemukan untuk mencapai kesepakatan,dan bila terjadi permusuhan akan segera didamaikan," tulis Tabrani dalam bukunya.
Jangan sampai hal-hal semacam itu menjadi sumber fitnah dan malapetaka yang berlarut-larut hingga mengancam keutuhan negara.
وَلَا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لِأَيْمَانِكُمْ أَنْ تَبَرُّوا وَتَتَّقُوا وَتُصْلِحُوا بَيْنَ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai pengahalang untuk berbuat kebajikan,bertakwa,dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha mendegar lagi Maha Mengetahui." dikutip dari Alquran surat Al Baqarah ayat 224.
Advertisement
Berlaku Adil
Seorang haji mabrur akan senantiasa bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. Ia akan menajdi penentang utama segala bentuk kelaziman dari mana pun datangnya.
Ia akan menerapkan hukum secara adil tanpa pandang bulu dan tidak akan pernah memperjualbelikan hukum. Perilaku adil bahkan ditegaskan Allah dalam firman Nya :
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dan negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." dikutip dari Alquran surat Al Mumtahanah ayat 60.
اِنَّا کُنَّا مِنۡ قَبۡلُ نَدۡعُوۡہُ ؕ اِنَّہٗ ہُوَ الۡبَرُّ الرَّحِیۡمُ
"Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya dia lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang." dikutip dari Alquran surat ATh Thur ayat 28.
Senantiasa Berbakti
Orangtua mempunyai kedudukan mulia dalam pandangan agama. Oleh karena itu, kita wajib berbakti kepada mereka. Berbakti kepada orangtua sangat dijunjung tinggi dalam pandangan Islam dan masyarakat.
Islam senantiasa mengajarkan kepada para pemeluknya agar selalu menghormati orangtua,terutama ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
"Dan orang-orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya,danm bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka." dikutip dari Alquran surat Maryam ayat 14.
Advertisement
Menjadi Teladan Orang Lain
Seorang haji mabrur akan senantiasa berbuat baik dan memberi contoh kebaikan. Ia menjadi orang pertama dalam mengamalkan kebaikan kemudian menjadi contoh bagi lainnya. Bukan sebaliknya, menyuruh orang lain berbuat baik,sedangkan dirinya sendiri tidak melakukannya.
Islam sangat mencela orang yang hanya bisa menyuruh orang lain berbuat baik,sedangkan dia tidak melakukannya. hal ini disindir secara keras dalam Al-Qur'an
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,sedang kamu melupaka diri (kewajiban)-mu sendiri,padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat) maka tidaklah kamu berfikir." dikutip dari Alquran surat Al Baqarah ayat 44.
Perbanyak Istigfar dan Bertobat
Mengingat manusia sering berbuat salah dan lupa,maka tiada jalan lain bagi orang yang beriman, kecuali senantiasa memohon ampunan Allah.
Bila terlanjur melanggar larangan Allah, maka secepatnya memperbaiki diri dan bertobat kepada Allah. Sikap orang mukmin ini digambarkan Allah dalam firman Nya.
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا ۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
"Ya tuhan kami, sesungguhnya kami mendegar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu), "Berimanlah kepada tuhanmu", maka kami pun beriman. Ya tuhan kami ,ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami keslahan-kesalahan kami,dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." dikutip dari Alquran surat Ali Imran ayat 193.
Advertisement
Senantiasa Merasa dalam Pengawasan Allah
Seseorang yang beriman kepada Allah, meyakini adanya Allah, percaya kekuasaan Allah, dan kebesaran-Nya,tentu akan tertanam dalam hatinya bahwa segala yang dilakukan tidk akan luput dari pengawasan Allah.
Setiap yang dikerjakan akan senantiasa dicatat oleh malaikat dan tiada yang terlewatkan sedikit pun dalam catatan itu.
بِأَيْدِي سَفَرَةٍ كِرَامٍ بَرَرَةٍ
"Di tangan para utusan (malaikat),yang mulia lagi berbakti." dikutip dari Alquran surat 'Abasa ayat 15-16.
(Desti Gusrina)