Tersangka Video 'Vina Garut' Dirawat Sejak 5 Bulan Lalu

Sejak pertama terdeteksi reaktif atau HIV, AK langsung mendapatkan penanganan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 22 Agu 2019, 00:00 WIB
dr. Janna Markus Yajariawati, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, saat ditemui di kantornya, Rabu (21/8/2019) (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Jauh hari sebelum video syur ‘Vina Garut’ menyebar luas. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah turun langsung menangani AK, (31) salah satu pelaku adegan video syur ‘Vina Garut’ yang dinyatakan reaktif mengidap penyakit mematikan.

"Sejak Maret 2019 sudah kita tangani, kebetulan yang bersangkutan sudah masuk dalam catatan kami," ujar dr. Janna Markus Yajariawati, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, saat ditemui di kantornya, Rabu (21/8/2019)

Menurutnya, penderita human immunodeficiency virus (HIV) atau biasa disebut reaktif di kalangan medis, dikenal cukup mematikan, sehingga dibutuhkan penanganan yang tepat.

"Bukan karena sudah heboh baru kita tangani, tapi sejak kita menemukan (Maret), satu orang ada reaktif kita langsung tangani, termasuk juga dengan orang yang pasangannya," ujar dia.

Bahkan penanganan itu ujar Janna, diterapkan juga bagi VN (19) dan WW (41), yang sebelumnya telah dinyatakan negatif pihak kepolisian.

"Kita gak bisa lepas karena dia tidak kena (reaktif), tapi kita pantau berikan pendampingan, pasangan prianya juga tetap kita pantau, sampai benar-benar dinyatakan non reaktif," papar dia.

Bahkan khusus AK, lembaganya telah menangani sejak lima bulan lalu, atau saat pertama kali ditemukan indikasi reaktif pada tersangka.

"Kita berikan obat, begitupun edukasi psikososialnya juga agar kembali pulih," ujarnya.

Melihat kondisi AK saat ini, lembaganya meminta agar diperlakukan dengan baik, untuk mengembalikan psikologis tersangka salah satu pemeran Vina Garut tersebut.

"Reaktif itu bisa menular jika melalui darah, hubungan seksual dan air susu ibu," ujar dia.

Simak video pilihan berikut:

 


Layanan Masyarakat

Rumah Sakit dr. Slamet Garut, menjadi salah satu rumah sakit rujukan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) untuk menangani pasien HIV/AIDS (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Janna menyatakan, bagi masyarakat yang memiliki informasi adanya reaktif di lingkungan masing-masing, segera laporkan untuk mendapatkan penanganan medis dengan tepat.

Untuk melayani hal itu, lembaganya telah menyediakan hingga 73 layanan, termasuk fasilitas Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang berada di empat titik.

"Kita punya di RSUD dr. Slamet Garut, RSU Talun, RSU Pamengpeuk dan BKBN," ujar dia.

Menurutnya, penderita reaktif relatif aman melakukan hubungan sosial dengan masyarakat, di luar tiga batasan di atas.

"Kalau tanpa hubungan seksual tidak (tertular), tadi saya habis dari sana (tersangka), mau gak salaman dengan saya, takut gak? Ya enggak apa-apa," ujar dia menerangkan.

Untuk itu, ia kembali meminta agar masyarakat tetap tenang dan bisa memperlakukan para reaktif dengan baik.

"Kalau pun ada darah nembel di saya dan tidak luka gak apa-apa juga, kecuali saya ada luka, tiba-tiba netes darah itu masuk, baru bisa (terjangkit)," ujarnya.

 


Pencegahan HIV/AIDS

Sejak munculnya kasus Video Vina Garut, Sat Reskrim Garut, nampak lebih sibuk melayani wartawan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Selain mencegah kekhawatiran pengucilan hingga pengusiran terhadap para reaktif dalam hubungan sosial. Lembaganya meminta agar masyarakat, bisa melakukan pencegahan dini terhadap penyakit HIV/AIDS.

"Rumusnya mudah kok cuma ABCDE," kata dia.

Dalam penjabarannya, A yakni abstinace, atau menghindari untuk tidak berhubungan seks di luar nikah.

"Yang namanya seks tidak aman itu, ya sering berganti pasangan, kemudian tanpa pengaman," ujar dia.

Kemudian cara kedua yakni B atau be faithful yaitu saling setia pada pasangan.

"Coba hindari dari sekarang sikap tidak setia pada pasangan atau istilahnya ‘jajan’ di luar," ujarnya.

Penanganan ketiga C atau condom. Gunakan selalu kondom saat berhubungan seksual, untuk menghindari penularan HIV.

"Kondom itu salah satu cara efektif mencegah penularan saat hubungan  seks," ujarnya.

Keempat D atau don't use drugs yakni jauhi penggunaan narkoba, terutama yang berhubungan dengan pemakaian jarum suntik yang tidak higienis secara bergantian.

Terakhir, E atau equipment yakni gunakan selalu peralatan jarum yang steril, terutama yang berhubungan dengan penggunaan fasilitas itu ke dalam tubuh kita.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya