Hutan Hujan Amazon Brasil Dilanda Kebakaran Terparah dalam Sejarah

Kebakaran terparah dalam sejarah melanda hutan hujan Amazon di Brasil.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 22 Agu 2019, 09:11 WIB
Kebakaran dahsyat di hutan hujan Amazon Brasil (AFP/A. Scorza)

Liputan6.com, Brasilia - Kebakaran berkobar pada tingkat rekor di hutan hujan Amazon Brasil, di mana para ilmuwan memperingatkan bahwa itu bisa menjadi pukulan telak bagi upaya mengatasi perubahan iklim.

Dikutip dari CNN pada Kamis (22/8/2019), kebakaran terjadi pada tingkat tertinggi sejak pusat penelitian angkasa luar negara itu, Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa (INPE), mulai melacak insiden serupa sejak 2013.

Disampaikan oleh INPE pada Selasa 20 Agustus, ada 72.843 kebakaran di Brasil tahun ini, dengan lebih dari setengahnya terjadi di wilayah Amazon. Data tersebut menunjukkan peningkatan sekitar 80 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Banyak gambar dan video dramatis viral di media sosial, menunjukkan gumpalan asap raksasa membumbung dari area hijau di kejauhan, yang berbatasan dengan garis di belakangnya.

Asap kebakaran telah melingkupi sebagia besar jalanan di kota Sao Paulo yang berjarak lebih dari 1.700 mil (sekitar 2.735 kilometer) jauhnya dari Amazon.

Beberapa gambar dari kota tersebut menunjukkan langit berubah menjadi hitam pekat pada Rabu sore, membuat Matahari terbenam di balik selimut asap dan abu.

Banyak orang di seluruh dunia beramai-ramai mengungkapkan kekhawatiran atas kebakaran yang melanda hutan hujan Amazon Brasil.

Salah satu keresahan terbesar diungkapkan oleh penggemar grup musik K-Pop BTS, yang meneruskan pesan idolanya tersebut dalam ribuan twit dengan tanda pagar (tagar) #ArmyHelpThePlanet, yang merujuk pada isu kebakaran Amazon.

 

 


Banyak Kelompok Pro Lingkungan Salahkan Bolsonaro

Pandangan udara kawasan Hutan Amazon yang terdeforestasi (penurunan luas area hutan secara kualitas dan kuantitas) di wilayah Sungai Madre de Dios, Peru, Jumat (17/5/2019). Pemerintah Peru meluncurkan Operasi Merkuri untuk mengusir penambang ilegal yang merusak Hutan Amazon. (CRIS BOURONCLE/AFP)

Kelompok-kelompok pro-lingkungan telah lama berkampanye untuk menyelamatkan Amazon, dan menyalahkan presiden sayap kanan Brasil, Jair Bolsonaro, karena membahayakan hutan hujan yang vital.

Mereka menuduh Bolsonaro terlalu santai dalam mengontrol kondisi lingkungan di negara itu, sehingga mendorong meluasnya deforestasi.

Kebijakan lingkungan yang digagas Bolsonaro telah menjadi kontroversi sejak awal dikenalkan. Mantan salah satu petinggi militer tersebut mengkampanyekan pemulihan ekonomi melalui eksplorasi potensi ekonomi Amazon.

Hanya beberapa pekan lalu, direktur INPE dipecat setelah pertengkaran dengan Bolsonaro, karena membela data satelit yang menunjukkan deforestasi 88 persen lebih tinggi pada bulan Juni dibandingkan tahun sebelumnya. Sang presiden menyebut laporan itu "kebohongan".

Bolsonaro juga mengkritik peringatan INPE atas isu deforestasi berbahaya bagi negosiasi perdagangan, menurut kantor berita Agencia Brasil.

"Sikap pro-bisnis Bolsonaro mungkin telah membua para penebang, petani dan penambang lebih berani mengambil alih area yang tumbuh di tanah Amazon," kata Carlos Rittl, sekretaris eksekutif organisasi nirlaba pro lingkungan, Observatorio do Clima, mengatakan kepada CNN en Español.

Pemotongan anggaran dan campur tangan pemerintah federal membuat orang lebih mudah untuk mengeksploitasi hutan hujan.

Badan penegakan lingkungan Brasil telah melihat pemotongan anggarannya sebesar US$ 23 juta (sekitar Rp 327 miliar), dan data resmi yang dilansir oleh Observatorio do Clima menunjukkan operasi lembaga penegakan hukum semakin melemah sejak Bolsonaro dilantik.


Tudingan Bolsonaro pada Kelompok Pro-Lingkungan

Jair Bolsonaro, politikus Brasil yang dinilai memiliki sikap rasis seperti Presiden Donald Trump (AFP)

Pada hari Rabu, Bolsonaro mengatakan bahwa gelombang kebakaran Amazon baru-baru ini mungkin disebabkan oleh organisasi nonpemerintah, yang mencoba menarik kritik internasional terhadap pemerintahnya.

"Kejahatan ada, dan kita perlu memastikan bahwa jenis kejahatan ini tidak meningkat. Kita telah menutup aliran uang untuk LSM," katanya.

"Mereka sekarang merasakan kesulitan karena kurangnya dana. Jadi, mungkin para LSM melakukan tindakan kriminal ini untuk menghasilkan perhatian negatif terhadap saya, dan terhadap pemerintah Brasil. Ini adalah perang yang kita hadapi," lanjut Bolsonaro.

Sebelumnya pada bulan Juli, Greenpeace menyebut Bolsonaro dan pemerintagannya sebagai "ancaman terhadap keseimbangan iklim", dan memperingatkan bahwa dalam jangka panjang, kebijakannya akan menanggung "biaya besar" bagi ekonomi Brasil.

Aktivis dan organisasi lingkungan seperti World Wildlife Fund memperingatkan bahwa jika kelestarian Amazon tidak bisa dikembalikan, hutan hujan tersebut bisa berubah menjadi sabana kering, dan tidak lagi layak huni bagi banyak satwa liar.

"Jika ini terjadi, alih-alih menjadi sumber oksigen, ia bisa mulai mengeluarkan karbon, pendorong utama perubahan iklim," ujar pihak Greenpeace.


Profil Hutan Hujan Amazon

Suku pribumi yang mengisolasi diri di hutan hujan Amazon, Brasil (Wikimedia / Creative Commons)

Hutan hujan Amazon sering disebut sebagai paru-paru Bumi, menghasilkan 20 persen oksigen di atmosfer planet ini.

Keberadaannya dianggap penting dalam memperlambat pemanasan global, sekaligus merupakan rumah bagi spesies fauna dan flora yang tak terhitung jumlahnya.

Memiliki luas sekitar setengah ukuran Amerika Serikat (AS), Amazon adalah hutan hujan terbesar di Bumi.

Secara keseluruhan, hutan hujan ini mencakup seluruh area yang dilintasi Sungai Amazon di beberapa negara Amerika Selatan.

Namun, lebih dari dua pertiganya terletak di Brasil, di mana dalam beberapa tahun terakhir, rata-rata lahan seluas satu setengah ukuran bola rusak per menit setiap harinya, terutama akibat perizinan alih fungsi hutan yang tidak terkendali.

Sementara itu, program satelit Uni Eropa, Copernicus, merilis peta yang menunjukkan asap dari api yang menyebar ke seluruh Brasil hingga pesisir Atlantik timur.

Asap dari kebakaran tersebut telah menutupi hampir setengah wilayah Brasil dan bahkan menyebar ke beberapa negara tetangga, seperti Peru, Bolivia, dan Paraguay.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya