Liputan6.com, Jakarta - Pertamina telah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan kebocoran gas dari sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ). Hingga saat ini kejadian kebocoran gas tersebut telah berlangsung lebih dari satu bulan.
Namun apakah upaya penghentian kebocoran gas oleh Pertamina telah sesuai dengan prosedur?
Direktur Eksekutif RefoMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, berdasarkan upaya penanganan kebocoran gas dan tumpahan minyak yang dilakukan Pertamina sudah sesuai dengan standar yang diterapkan perusahaan migas dalam menangani kebocoran gas dan tumpahan minyak di luar negeri.
Baca Juga
Advertisement
'Berdasarkan proses yg sudah berjalan, saya melihatnya apa yg dilakukan sudah mengikuti standart pada umumnya," kata Komaidi, saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Komaidi melanjutkan, upaya Pertamina dalam menangani kebocoran gas dan tumpahan minyak di perairan Karawang tersebut juga sudah cepat. Namun dia mengakui, kecelakaan tersebut tidak terduga, sehingga perlu upaya tambahan upaya penanganan.
"Respon juga sudah diusahakan lebih cepat. Hanya memang untuk masalah kecelakaan yang tidak terduga seperti saat ini pasti banyak hal- hal yang perlu dilakukan," tuturnya.
Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi Off Shore North West Java (PHE ONWJ) menggunakan perusahaan well control kelas dunia, untuk mematikan sumur YYA-1 itu yakni Boots & Coots. Sumur YYA-1 ini sebelumnya terjadi kebocoran gas yang kemudian mengakibatkan tumpahan minyak.
VP Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya mengatakan, perusahaan asal Amerika Serikat ini sudah memiliki pengalaman dalam melakukan tindakan yang sama dengan skala jauh lebih besar di Teluk Meksiko.
"Tim itu bertugas untuk mematikan sumur. Itu ditargetkan sampe mati, seperti yang diumumkan 8-10 minggu," kata Ifki, di Jakarta, Senin (12/8/2019).
Menurut Ifki, untuk mematikan sumur YYA-1, tim tersebut sedang melakukan pemboran dengan menggunakan mensin bor (rig) Shoehanah. Meksi didatangkan dari luar negeri, tim tersebut bekerja dibawah supervisi Pertamina.
"Itu dia ngebor dari rig Shoehanah sama krunya. Di bawah supervisi Pertamina mereka hanya melaksanakan keahliannya,"tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hentikan Kebocoran Gas Di Laut Karawang, Pertamina Bor Sumur Baru
PT Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) melakukan pengeboran sumur baru relief well (RW) YYA-1RW, untuk menutup sumur YYA-1 yang mengalami kebocoran gas dan memicu tumpahan minyak.
VP Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya menyatakan, hingga saat ini, PHE ONWJ telah melakukan pengeboran sumur baru YYA-1RW mencapai kedalaman sekitar 624 meter dari target 2.765 meter. Pengeboran sumur baru itu telah dimulai sejak Kamis (1/8/2019) pukul 14.00 WIB, dua hari lebih cepat dari jadwal semula.
"Kami akan mengontrol sumur YYA-1 melalui sumur baru YYA-1RW ini, sehingga nanti bisa secepatnya menutup sumur agar tidak lagi menumpahkan minyak,” kata Ifki, di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Menurut Ifki, sumur baru dibor secara miring menuju lokasi lubang sumur YYA-1 hingga mencapai titik kedalaman tanah tertentu untuk menutup sumur YYA-1.
Pengeboran sumur relief well YYA-1RW merupakan upaya Pertamina Hulu Energi ONWJ untuk menghentikan kebocoran gas di sumur YYA-1, setelah selama satu minggu terakhir melakukan survei untuk menentukan titik sumur dan penempatan menara bor (rig).
“Pemilihan lokasi pengeboran sumur baru itu telah melalui kajian keamanan dari tiga aspek yakni HSSE, subsurface, dan seabed survey,” tutur Ifki.
Setelah sumur baru YYA-1RW mencapai titik kedalaman sumur YYA-1 yang ditentukan, maka akan dipompakan lumpur berat dari sumur baru untuk mematikan sumur YYA-1 yan teletak di perairan laut Karawang Jawa Barat tersebut.
"Nanti, setelah sumur YYA-1 dinyatakan mati akan dilakukan monitoring selama 24 jam penuh sebelum dilanjutkan ke proses plug and abandon atau penutupan sumur secara permanen," tandasnya.
Advertisement
Menanti Ganti Rugi Pertamina bagi Warga Terdampak Kebocoran Minyak
Pemerintah Kabupaten Karawang akan membentuk tim khusus kompensasi dampak kebocoran minyak Pertamina dilepas pantai Karawang. Tim ini akan melibatkan sejumlah elemen dan saat ini pemkab sedang melakukan koordinasi intensif untuk perumusan mekanisme serta strategi inventarisasi dari masyarakat terdampak.
"Setelah melakukan koordinasi dengan pihak Pertamina, perusahaan pelat merah ini bertanggung jawab atas dampak tumpahan minyak di pesisir Karawang," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, Hendro Subroto, akhir pekan lalu.
Hendro mengatakan tim ini sedang merumuskan ketetapan yang nantinya dijadikan SK Bupati. Tim tersebut juga dibentuk agar ketetapan yang dibuat memiliki dasar hukum kuat serta adanya pelibatan dari dinas dan pihak yang independen.
Hendro mengharapkan agar masyarakat bersabar menunggu kompensasi dari Pertamina ini. Pasalnya, ada proses yang harus dijalani agar pemberian kompensasi dapat dilaksanakan secara adil dan bisa dipertanggungjawabkan.
"Setelah SK Bupati keluar nanti tim akan segera bekerja menginventarisir daerah dan masyarakat terdampak kebocoran minyak Pertamina," dia menegaskan.
Kendati demikian, Hendro tidak tahu nilai kompensasi yang telah disiapkan oleh perusahaan pelat merah tersebut. Dia hanya mengungkapkan kompensasi diberikan sebagai ganti rugi untuk masyarakat nelayan yang terkena dampak tumpahan minyak di perairan Karawang.