Donald Trump Sindir Keahlian "Golf" Gubernur Bank Sentral AS

Donald Trump memadukan dua bakatnya dalam mengkritik Bank Sentral AS: golf dan sindiran.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Agu 2019, 21:03 WIB
Presiden AS Donald Trump bermain golf dengan PM Jepang Shinzo Abe. Dok: Kyodo/AP

Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyindir Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell. Seperti sebelumnya, Trump menyebut Powell kurang berkontribusi pada ekonomi AS karena kebijakannya yang ketat, dan kini Trump memakai sindiran golf.

Bank Sentral AS (Federal Reserve atau Fed) dianggap Trump memberatkan ekonomi AS karena suku bunga yang masih tinggi dan adanya Quantitative Tightening (pengetatan likuiditas). Trump percaya kebijakan Fed tidak pas dengan ekonomi AS yang meroket.

"(Saya) bekerja dengan baik dengam China dan Kesepakatan Dagang lainnya. Satu-satunya masalah adalah Jay Powell dan Fed. Pria itu seperti pemain golf yang tak bisa memukul, tak punya sentuhan. Pertumbuhan AS besar jika dia melakukan hal yang benar, PANGKAS (suku bunga) BESAR-BESARAN - tapi jangan mengandalkannya! Sejauh ini keputusannya salah, dan hanya mengecewakan kita..." ujar Presiden Donald Trump via Twitter.

Trump juga membandingkan dengan negara-negara lain yang suku bunganya lebih rendah. Ia menyebut suku bunga perlu turun agar ekonomi AS makin bergairah dan meminta Fed untuk "segera bangun."

Pada Desember tahun lalu Trump juga sempat menggunakan istilah golf ketika menyindir Bank Sentral negaranya, namun kala itu ia tak menyebut nama Gubernur Jerome Powell secara frontal. Powell pun telah menegaskan tidak mengindahkan tekanan politik dalam mengambil kebijakan dan tidak gentar jika dipecat presiden.

Donald Trump terkenal hobi bermain golf, baik sebelum atau sesudah menjadi presiden. Menurut situs Trump Golf Count, sang presiden sudah berkunjung ke lapangan golf sebanyak 211 kali dan terlihat bermain 96 kali semenjak jadi presiden.

Forbes mencatat Trump berjanji akan mengurangi bermain golf bila terpilih jadi presiden. Akan tetapi, belum dua minggu usai jadi presiden, Donald Trump terpantau sudah kembali merumput.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Perry Warjiyo Sebut Bos The Fed Iri dengan BI

Gubernur BI Perry Warjiyo dan Presdir BCA Jahja Setiaatmadja mencoba transaksi menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) di kantor BI, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). QRIS merupakan bagian transformasi digital di Sistem Pembayaran Indonesia yang berlaku 1 Januari 2020. (Liputan6.com/HO/Rizal)

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo beberapa waktu lalu hadir dalam ulang tahun Kemenko Bidang Perekonomian yang ke-54 di Hotel Borobudur, Jakarta.

Hadir dalam acara tersebut, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kepala BKPM Thomas Lembong dan Ketua Kadin Rosan Roeslani.

Di sela-sela pidatonya, Perry Warjiyo sempat mengatakan, bos bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed Jeremy Powell, kerapkali iri dengan BI.

Kata dia, Bos The Fed iri dengan hubungan BI yang terbilang harmonis dengan Pemerintah. Padahal, The Fed seringkali memproleh kritik tajam dari Pemerintah AS disana.

"Jeremy Powell iri dengan saya, mereka dikritik pemerintahnya. Kalau kita bisa dilihat BIbagaimana mesranya dengan Pemerintah. Tetapi tetap kami independent selaku bank sentral, tapi kita sangat kuat hubunganya dengan Pemerintah," tuturnya di Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2019.

Selain itu, Perry juga membahas, setidaknya ada 5 sektor yang perlu digenjot Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedepannya. Salah satunya ialah sektor manufaktur.

"Untuk transformasi ekonomi setidaknya ada 5 sektor yang perlu kita dorong. Garmen, food, otomotif, dan elektronik," paparnya.


Destry Damayanti Indikasikan BI Bakal Kembali Longgarkan Suku Bunga

Gubernur BI Perry Warjiyo berbincang dengan Presdir BCA Jahja Setiaatmadja dan CEO Link Aja Danu Wicaksana pada peluncuran standar QR Code di kantor BI, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). QR Code untuk pembayaran aplikasi uang elektronik QRIS efektif berlaku mulai 1 Januari 2020. (Liputan6.com/HO/Rizal)

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan kedepan BI masih akan menerapkan kebijakan yang sifatnya akomodatif.

Keputusan ini menyesuaikan dengan ketidakpastian perekonomian global sekaligus menjaga stabilitas ekonomi di domestik. Sebab itu, BI akan melonggarkan kebijakan-kebijakanya.

"Di global, adanya perang dagang AS-Tiongkok telah membuat perlambatan ekonomi dunia kian makin nyata. Itu bisa dilihat dari The Fed yang melonggarkan kebijakan dengan penurunan suku bunga acuannya," tuturnya di Gedung Mahkamah Agung, Rabu, 7 Agustus 2019.

Destry melanjutkan, pelonggaran kebijakan BI bertujuan untuk menjaga inflasi di rentang yang terjaga. Selain itu, juga bertujuan menstimulus perekonomian Indonesia kedepannya.

"BI sudah lakukan easy monetary policy dengan penurunan GWM kemarin. Perlu kita waspadai dan monitor bagaimana perkembangan yang terjadi di ekonomi global," paparnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya