Liputan6.com, Sao Paulo - Saat sore tengah menuju petang pada Senin 19 Agustus, langit kota Sao Paulo di Brasil tiba-tiba menghitam seperti dilanda kegelapan.
Seolah-olah siang telah berubah menjadi malam, kata banyak penduduk setempat, sebagaimana dikutip dari Globalnews.ca pada Kamis (22/8/2019).
"Semua orang mengomentari fenomena tersebut, karena bahkan ketika hari diguyur hujan pun, langit tidak biasanya menjadi gelap seperti itu," kata Gianvitor Dias, salah seorang penduduk setempat kepada BBC.
Baca Juga
Advertisement
Banyak unggahan foto di media sosial menyebut kejadian tidak biasa di kota terbesar di Brasil itu "seperti kiamat".
Menurut ahli meteorologi Global News, Ross Hull, ada beberapa faktor datang bersamaan sehingga menyebabkan langit Sao Paulo diselubungi kegelapan, selain kebakaran luas di hutan hujan Amazon Brasil.
"Batas depan yang membantu menciptakan gaya angkat dan kondensasi adalah katalis bagi badai petir untuk masuk," katanya.
"Petir dan badai petir sebenarnya dilaporkan terjadi di bandara di Sao Paulo pada hari Senin, dan Anda dapat melihat kilatan petir di beberapa gambar dari kondisi tersebut," lanjutnya.
Hull mengatakan fenomena itu akan berkontribusi pada langit yang gelap.
"Tambahkan fakta bahwa angin tingkat atas, serta bagian depan, membantu untuk mengarahkan asap dari kebakaran yang membakar barat laut kota di bagian yang lebih terpencil di Brasil," katanya.
Sementara itu, Sepanjang Selasa hingga Rabu kemarin, tanda pagar (tagar) #prayforamazonia menjadi tren di Twitter di tingkat global, merujuk pada kebakaran yang terus meluas di hutan hujan Amazon Brasil.
Hutan Hujan Amazon Kian Merugi
Para ilmuwan dari Institut Nasional untuk Penelitian Angkasa Luar (INPE) Brasil mengatakan, hutan hujan Amazon telah menderita kerugian yang kian meluas sejak Jair Bolsonaro menjabat presiden Brasil.
Namun, berbicara pada konferensi pers bulan lalu, Bolsonaro mengatakan data tersebut "tidak berhubungan dengan fakta". Tak lama setelah itu, Bolsonaro memecat direktur INPE.
Ketika ditanya tentang penyebaran api yang tidak terkendali, Bolsonaro menepis kritik, mengatakan itu adalah tahun "queimada" atau pembakaran, ketika petani menggunakan api untuk membersihkan lahan.
"Saya dulu dijuluki Kapten Chainsaw. Sekarang saya Nero, dan dituduh membakar Amazon," katanya kepada wartawan. "Tapi kenyataannya tidak seperti itu, sekarang sedang musim queimada."
Di lain pihak, INPE mengatakan sejumlah besar kebakaran hutan tidak dapat dikaitkan dengan musim kemarau atau fenomena alam saja.
Sementara kebakaran hutan biasa terjadi pada musim kemarau, kondisi tersebut juga kerap dilakukan secara ilegal oleh petani untuk alih fungsi pertanian dan peternakan.
Advertisement
Dampak Kebakaran Hutan Mencapai Pesisir Atlantik
Menurut Program Pengamatan Bumi Uni Eropa --dikenal dengan nama Copernicus-- asap dari kebakaran hutan hujan Amazon telah mencapai pesisir Atlantik dan Sao Paulo pada hari Senin.
Ditambahkan oleh program terkait, bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas kebakaran di negara bagian Amazonas dan Rondonia sejak 1 Agustus.
Bahkan, negara bagian Amazonas mengatakan pada awal bulan ini, bahwa wilayahnya berada dalam kondisi darurat, mengingat laju kebakaran yang sulit dihentikan.
Pekan lalu, NASA merilis gambar satelit yang menggambarkan petak besar Brasil, Paraguay, dan Bolivia yang terkena dampak kebakaran dan asap.
Dan, menurut data yang dirilis oleh Institut Nasional untuk Penelitian Angkasa Luar (INPE) awal pekan ini, kebakaran hutan di Brasil telah meningkat lebih dari 80 persen pada 2019.
Sejak Kamis, INPE mengatakan gambar satelit melihat 9.507 kebakaran hutan baru di Brasil, sebagian besar di lembah Amazon, rumah bagi hutan tropis terbesar di dunia yang dipandang penting untuk melawan perubahan iklim.