Mulai 2020, Identitas Pembeli BBM di SPBU Pertamina akan Terdata

Hal ini seiring dengan dilaksanakannya digitalisasi ‎pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Agu 2019, 10:45 WIB
Petugas mengisi BBM jenis solar di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.900/liter menjadi Rp.6.700/liter. Harga baru itu akan berlaku mulai Jumat, 9 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Angga

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menargetkan, pada 2020 identitas pembeli Bahan Bakar Minyak (BBM) akan terdata. Hal ini seiring dengan dilaksanakannya digitalisasi ‎pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Direktur Pemasaran Ritail Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan, perkembangan proses digitalisasi‎ SPBU telah menyelesaikan tahap pemasangan sensor pada tangki timbun pada 5.518 SPBU. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan Electric Data Center (EDC) sebanyak 22 ribu unit yang saat ini sudah terealisasi sebanyak 1.400 unit.

"Dari 1.400 unit130 SPBU di Jakarta sudah terintegrasi‎," kata Mas'ud, di Jakarta, Kamis (22/8/2019).

Menurut Mas'ud, ‎ manfaat pemasangan sensor pada tangki penyimpanan BBM di SPBU tersebut adalah aga bisa memonitor jumlah BBM yang ditebus dan yang dijual SPBU.

"Berapa sudah laku, sehingga monitor stok. Kita bisa tau stok SPBU mana yang habis atau habis dalam berapa jam. Kalau sekarang kan stok habis tidak ketahuan," tuturnya

Mas'ud melanjutkan, ‎proses berikutnya adalah pemasangan alat pencatat pada ujung titik serah BBM ke konsumen melalui kran penyalur (nozzle), kemudian mengintegrasikan identitas pembeli BBM dengan aplikasi Linkaja.

Mas'ud mengungkapkan, Pertamina akan mengintegrasikan‎ identitas kendaraan dengan meminta data base kendaraan dari Korps Lalulitas Polri. Rencananya pada 2020 sistem digitalisasi selesai digarap dan secara otomatis identitas kendaraan dan pengisi BBM bisa diketahui.

"Urusan siapa yang beli melalui Linkaja membeli datanya siapa saja, begitu masuk nomor hp, data e-KTP, 2020 kita akan masuk nomor kendaraan, saya udah minta database nomor kendaraan, itu akan integrasikan," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tahan Penurunan Produksi Minyak, Ini Langkah Pertamina

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pertamina, melalui anak usahanya PT Pertamina EP, menggelar delapan proyek pengurasan minyak tahap lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk menahan laju penurunan produksi minyak.

Delapan proyek kegiatan EOR meliputi lapangan yaitu Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau dan Jatibarang.

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, sejak April 2019, Pertamina telah membentuk komite EOR dan diskusi melibatkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) dan ahli-ahli eksternal. Pilot EOR polymer di Lapangan Tanjung telah menunjukkan hasil yang positif.

“Sebagai kelanjutannya telah ditandatanganinya pokok-pokok kesepahaman antara Pertamina dan Repsol dalam pengelolaan EOR di lapangan Tanjung untuk full scale nya, termasuk implementasi EOR Surfactant-Polymer,” kata Dharmawan, di Jakarta, Rabu (21/8/2019).

Dharmawan mengungkapkan, proyek EOR yang dilaksanakan oleh Pertamina meliputi implementasi EOR surfactant polymer dan CO2 flooding. Dia optimis strategi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya menahan laju decline rate di lapangan-lapangan Pertamina.

"Untuk EOR di Tanjung, kami perkirakan dalam dua sampai tiga tahun kedepan produksinya bisa naik 4 hingga 5 kali lipat dari produksi saat ini,” ujarnya.


Lapangan Jirak dan Rantau

Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit

Dia melanjutkan, Lapangan Jirak dan Rantau saat ini sedang dalam tahap implementasi full scale Waterflood. “Bersamaan dengan hal tersebut dilakukan studi aplikasi chemical Surfactant untuk implementasi EOR,” tambahnya.

Selanjutnya, terkait dengan CO2 flooding, Pertamina saat ini sedang melakukan studi di beberapa lapangan yaitu Jatibarang, Sukowati dan Ramba. Dharmawan menambahkan bahwa Lapangan Sukowati direncanakan merupakan lapangan aplikasi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) pertama di Indonesia dengan memanfaatkan CO2 yang dihasilkan dari lapangan Jambaran - Tiung Biru (JTB).

Menurutnya, penerapan teknologi EOR juga akan diterapkan pada lapangan Minyak dan gas (migas) yang dioperatori Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ). Saat ini sedang dilakukan studi di lapangan Zulu dan E-Main di PHE ONWJ. Selain itu di lapangan Batang yang dioperasikan oleh PHE Siak dalam waktu dekat, akan dilakukan pilot project EOR Steam Flooding.

“Implementasi EOR Pertamina memang dimulai di lapangan migas yang dikelola Pertamina EP. Dan kini, kami sudah mulai memperluas ke wilayah kerja PHE,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya