Kebakaran Hutan Hujan Amazon, Presiden Brasil Salahkan LSM Lokal

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, menyalahkan LSM setempat atas kebakaran hutan Amazon.

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Agu 2019, 16:01 WIB
Gambar yang diambil oleh NASA Earth Observatory menunjukkan kebakaran hutan yang melanda negara bagian Brasil: Amazonas (kanan-tengah atas), Para (atas kanan), Mato Grosso (kanan bawah) dan Rondonia (bawah tengah) pada 11/8/2019. (AFP/HO)

Liputan6.com, Brasilia - Kebakaran hutan hujan Amazon di Brasil utara telah memicu protes di media sosial. Presiden Jair Bolsonaro pada Rabu, 21 Agustus 2019 menuding kelompok-kelompok aktivis lingkungan adalah pihak yang memulai keributan tersebut.

Gambar kebakaran yang diduga melahap bagian hutan hujan terbesar di dunia, telah menyebar di Twitter. Tanda pagar (hashtag) #PrayforAmazonas menggema di platform belogo burung biru itu dan menduduki posisi teratas di dunia kemarin, dengan lebih dari 249.000 cuitan.

"Tidak peduli seberapa sukses kita. Jika Bumi kita mati, maka kita pun mati," tulis seorang pengguna pengguna Twitter, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (22/8/2019).

Sedangkan yang lain menulis: "Mohon doa untuk Amazon dan planet ini, kita membutuhkannya."

Beberapa foto lawas bahkan memperlihatkan kebakaran di Amazon sejak 1989 atau di negara-negara lain seperti Amerika Serikat atau India. Demikian menurut layanan pengecekan fakta AFP.

Angka resmi menunjukkan hampir 73.000 kebakaran hutan tercatat di Brasil dalam delapan bulan pertama tahun 2019 --jumlah tertinggi untuk setiap tahun sejak 2013. Sebagian besar berada di Amazon.

Angka tersebut kemudian dibandingkan dengan apa yang terjadi pada tahun 2018, dengan 39.759 kasus kebakaran hutan di Amazon, menurut National Institute for Space Research (INPE). Sementara itu, Bolsonaro juga merilis data yang menunjukkan lonjakan deforestasi dalam beberapa bulan terakhir.

Kepala INPE, badan yang ditugaskan untuk memantau pembukaan lahan hutan, dipecat karena naiknya insiden tersebut.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Penarikan Diri Brasil dari KTT Perubahan Iklim

Kebakaran dahsyat di hutan hujan Amazon Brasil (AFP/A. Scorza)

Komentar Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, di atas datang ketika Negeri Samba menjadi tuan rumah pertemuan regional PBB terkait perubahan iklim, di kota Salvador timur laut menjelang KTT Desember di Chile.

Konferensi PBB ke-25 tentang Perubahan Iklim (COP25) pada awalnya direncanakan digelar di Brasil, tetapi negara ini menarik diri.

Aktivis menggelar protes di kota tempat terselenggaranya kegiatan tersebut, mengecam tuduhan terakhir Bolsonaro sebagai kalimat yang tidak masuk akal.

"Kebakaran adalah konsekuensi dari kebijakan kerusakan lingkungan, dukungan untuk agribisnis, peningkatan padang rumput," kata Camila Veiga dari Asosiasi LSM Brasil.

Berbicara di sela-sela lokakarya selama seminggu, Menteri Lingkungan Hidup Ricardo Salles membela upaya pemerintah untuk mencegah deforestasi ilegal.

"Semua aturan tentang deforestasi ilegal telah ditegakkan, semua strategi terus dilakukan," klaim Salles. "Sayangnya, negara bagian dan pemerintah federal menderita karena krisis ekonomi, pemotongan anggaran, yang menghalangi ... operasi penegakan hukum."

Kebakaran hutan Amazon telah memicu kritik terhadap retorika anti-lingkungan Bolsonaro, yang disalahkan oleh para aktivis karena memberanikan para penebang, penambang dan petani liar tetap beroperasi di Amazon.

Walikota Salvador, Antonio Carlos Magalhaes, menuturkan: "Kekuatan politik di Brasil akan difokuskan untuk menghalangi upaya pengambilan keputusan radikal atau ekstrem terhadap lingkungan oleh pemerintah Bolsonaro."

"Negara kami peduli dengan lingkungan, negara kami peduli dengan pelestarian warisan alamnya, negara kami tidak ingin mundur dalam agenda ini dan ingin bergerak maju," imbuh Magalhaes.

Sementara itu, Norwegia bergabung dengan Jerman pada hari ini, Kamis (22/8/2019) dalam upaya penghentian subsidi perlindungan Amazon, serta menuduh Brasil berbalik melawan perang melawan deforestasi.

Hal itu diduga karena hubungan yang memburuk antara Brasil dan Eropa di sektor pertanian, yang takut akan persaingan keras dari pasar-pasar utamanya.


Dampak Kebakaran Hutan

Suku pribumi yang mengisolasi diri di hutan hujan Amazon, Brasil (Wikimedia / Creative Commons)

Meskipun tidak mungkin untuk mengukur ukuran area yang terdampak kebakaran per Rabu kemarin, asap tebal dilaporkan telah menyelimuti beberapa kota di Brasil, termasuk Sao Paulo, dan menyebabkan penerbangan komersial dialihkan.

Kebakaran hutan cenderung meningkat selama musim kemarau, yang biasanya berakhir pada akhir Oktober atau awal November, karena lahan ini mulai dibuka untuk penanaman kembali wilayah yang gundul atau penggembalaan.

Namun, peningkatan tajam kebakaran hutan Amazon pada tahun ini diklaim berasal dari percepatan deforestasi di Amazon, yang dipandang penting untuk menjaga agar perubahan iklim menjadi terkendali.

"Secara historis, di wilayah ini, kebakaran disinyalir terkait langsung dengan deforestasi, karena ini merupakan salah satu teknik untuk penebangan pohon," kata WWF dalam sebuah pernyataan.

Jair Bolsonaro membalas tanggapan WWF, dengan mengatakan: "Tindakan kriminal yang dilakukan oleh LSM-LSM itu dimaksudkan untuk menarik perhatian saya terhadap pemerintah Brasil, mengikuti keputusan pemerintah untuk memotong sumbangan kepada organisasi mereka."

"Ini adalah perang yang harus kita hadapi," kata Bolsonaro kepada wartawan.

"Kebakaran terjadi di tempat-tempat strategis. Semua indikasi mendorong mereka (LSM) untuk pergi ke sana, untuk syuting dan mulai memanasi (media sosial). Itulah yang saya rasakan," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya