Trauma Diguncang Gempa, Ratusan Warga Bogor Pilih Tinggal di Tenda

Gempa bermagnitudo 3,9 menimbulkan kerusakan bangunan rumah warga di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 22 Agu 2019, 19:04 WIB
Sejumlah warga Bogor memilih tinggal di tenda usai gempa.

Liputan6.com, Jakarta Gempa bermagnitudo 3,9 menimbulkan kerusakan bangunan rumah warga di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Tercatat sedikitnya sembilan rumah rusak akibat gempa dengan kedalaman 24 kilometer di wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada Rabu (21/8/2019) sekira pukul 03.06 WIB.

Tak hanya itu, kurang lebih 80 kepala keluarga (KK) atau sekitar 250 jiwa hingga kini masih mengungsi di tenda darurat yang didirikan BPBD maupun masyarakat setempat.

Adapun warga yang tinggal di pengungsian berasal dari Kampung Talahab yaitu sebanyak 30 KK, sedangkan warga Kampung Talahab Bedeng sebanyak 50 KK.

"Sejak kemarin rekan-rekan BPBD sudah di lokasi. Bantuan sudah dikirim, termasuk kebutuhan tenda," ujar Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor, Budi Pranowo, Kamis (22/8/2019).

Gempa bermagnitudo 3,4 yang mengoyang Sukabumi, membuat warga Malasari, Bogor panik. Warga khususnya yang tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) ini berhamburan ke lapangan terbuka, area perkebunan teh untuk menyelamatkan diri.

Hingga Kamis malam puluhan kepala keluarga yang rumahnya rusak akibat gempa di Sukabumi, Jawa Barat tidur di tenda pengungsian terbuat dari terpal di tengah perkebunan teh kawasan yang berbatasan dengan wilayah Sukabumi.

Tidak hanya warga yang rumahnya rusak berat saja yang tidur di tenda darurat, warga yang rumahnya rusak ringan maupun tidak mengalami kerusakan belum berani tidur di dalam rumah karena takut terjadi gempa susulan.

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat dalam waktu hampir kurang dari dua minggu terakhir ini terjadi gempa kecil yang berpusat di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Staf Observatori Bandung, BMKG wilayah Palabuhan Ratu, Rafdi Ahadi, mengungkapkan sejak tanggal 10 hingga 21 Agustus terjadi 76 kali gempa tektonik bermagnitudo di bawah 5. Sejumlah gempa tersebut dipicu pergerakan pada patahan (Sesar) Citarik.


Terasa Bergoyang

Dari puluhan kali gempa yang terjadi, beberapa diantaranya terasa goyangannya. Pada Senin 19 Agustus 2019, terjadi tiga kali gempa yaitu gempa bermagnitudo 3,0 pada pukul 08.13 WIB pada koordinat 6.77 LS dan 106.53 BT. Pusat gempa berada di darat pada jarak 24 km Barat Laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman 8 kilometer.

Kemudian gempa berkekuatan 2,5 magnitudo yang terjadi pada pukul 22.52 WIB. Gempa bermagnitudo 2,5 ini berada pada koordinat 6.78 LS - 106.51 BT, tepatnya berada di darat pada jarak 23 Km Barat Laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman 4 Kilometer.

Kurang lebih sejam kemudian gempa kembali terjadi dengan kekuatan 3,4 magnitudo tepatnya pada pukul 23.10 WIB. Gempa ini berada pada koordinat 6.85 LS-106.58 BT. Pusat gempa di darat pada jarak 30 Km Barat Laut Sukabumi dengan kedalaman 4 kilometer.

Selanjutnya, pada Rabu (21/8/2019) pukul 03.16 WIB gempa bermagnitudo 3,9 terjadi di titik koordinat gempa di 6.77 LS - 106.52 BT dengan pusat gempa berada di darat 24 km Barat Laut Kabupaten Sukabumi.

Di hari yang sama Gempa 3,4 magnitudo mengguncang Sukabumi pada pukul 11.24 WIB. BMKG menyatakan gempa tektonik ini terletak pada koordinat 6.9 LS - 106.59 BT, pusat gempa berada di darat 37 km Barat Laut Kota Sukabumi dengan kedalaman lima Kilometer.

Terakhir gempa terjadi Rabu (21/8/2019) sekitar pukul 20:49:58 WIB. Wilayah Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya diguncang gempa bumi tektonik. Gempa bumi berkekuatan 3,3 magnitudo berpusat pada koordinat 6.76 LS - 106.51 BT, berada di darat pada jarak 25 km Barat Laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman 10 Kilometer

"Gempa yang terjadi pada Rabu tersebut merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Lokal Klaster Bogor," ujar Rafdi kepada Liputan6.com.

Rafdi mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan terus mengikuti informasi dari BMKG, karena BMKG akan terus memantau perkembangan gempa bumi tersebut

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya