Liputan6.com, Surabaya - Mendapat predikat kota terpadat kedua di Indonesia sudah menjadi hal yang wajar bila banyak wisatawan dalam atau luar negeri untuk berkunjung ke Surabaya, Jawa Timur.
Banyak tempat yang bisa dikunjungi saat berlibur di Kota Pahlawan ini. Salah satunya adalah ekowisata mangrove, yang terletak di Wonorejo, Surabaya Timur.
Untuk masuk ke kawasan ini tidak dipungut biaya. cukup membayar tiket parkir, berbagai wahana dan pengetahuan bisa kalian dapatkan disini. Dari sekadar berjalan-jalan menikmati keindahan kawasan bakau di atas jembatan kayu, spot swafoto, dan dengan sedikit biaya Anda akan diajak berkeliling menggunakan perahu.
Baca Juga
Advertisement
Setelah lelah berkeliling, maka dapat bersantap dengan rekan perjalanan di food corner atau warung-warung yang berdiri di sekitar ekowisata ini.
Banyak juga pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di sepanjang jalanan kawasan mangrove Wonorejo Surabaya. Dari semua menu yang tawarkan, ada satu minuman khas buatan warga sekitar yang menarik untuk dicoba. Yaitu, es sirup bogem.
Tidak ada yang berbeda tampak luarnya apabila dibandingkan dengan es berbahan sirup lainnya. Namun, untuk rasa dan khasiat, olahan ini bisa menjadi alternatif utama sebagai pelepas dahaga maupun pengobatan alami untuk beberapa penyakit.
Seperti, panas dalam, sariawan, batuk, dan menjaga kesehatan tubuh. Dipercaya dalam satu botol sirup bogem mengandung protein dan banyak mengandung vitamin c.
Sirup bogem berbahan dasar dari buah perepat atau warga Wonorejo biasa menamainya buah "Bogem". Buah yang berasal dari sejenis pohon bakau yang memiliki batang besar. Tumbuhan yang juga memiliki nama latin Sonneratia Alba ini tumbuh dengan sehat di daerah payau.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Buah Bogem
Salah satu warga yang membudidayakan buah bogem ini adalah Soni Mohson. Warga Wonorejo, Surabaya ini sudah puluhan tahun menjadikan buah ini sebagai salah satu mata pencaharian. Dimulai sejak 1998, praktik budidaya dan pengolahannya berubah menjadi usaha rumahan yang menjanjikan.
Beberapa kali gagal, akhirnya pada 2004, Soni mampu memproduksi sirup ini dengan rutin. Selain itu, ada usaha rumah anyaran, pria kelahiran Bojonegoro ini mampu memberikan warga sekitar lapangan pekerjaan tambahan.
"Untuk yang mengupas buahnya, dilakukan oleh ibu-ibu, per kilonya diberikan upah 1.000, dan untuk jasa pengumpulan bahan pokok (Buah Bogem) per kilonya diberi 3.000," tutur dia, ditulis Jumat (23/8/2019).
Dalam prosesnya, produsen juga tidak lupa dengan kebutuhan konservasi. Untuk pengumpulan buah, mereka hanya mengambil buah yang sudah berjatuhan. Pengepul memasang jaring di beberapa titik sekitar pohon, untuk menjaga buah agar tidak rusak. Disamping agar tidak merusak pohonnya, juga buah yang masih di pohon masih belum matang.
Untuk menikmati satu gelas es sirup bogem, Anda cukup merogoh kocek Rp 4.000 - Rp 5.000 per gelasnya. Untuk kemasan botol dapat di beli seharga Rp 25.000 - Rp 30.000 per botol. (M Nurichsan Auliya)
Advertisement