Liputan6.com, Doha - Amerika Serikat (AS) dan para pejabat Taliban memulai kembali perundingan damai di Qatar pada Kamis 22 Agustus.
Perundingan tersebut bertujuan menegakkan kesepakatan yang memungkinkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan, dengan imbalan jaminan keamanan Taliban.
Setelah 18 tahun perang dan berbulan-bulan pembicaraan langsung dengan para pemimpin Taliban, AS diyakini hampir menyepakati kemungkinan penarikan pasukan asing, yang diikuti oleh gencatan senjata antara pihak yang bertikai.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Channel News Asia pada Jumat (23/8/2019), dua orang juru bicara Taliban mengatakan perundingan putaran kesembilan antara pihaknya adan A dimulai Kamis malam.
Di lain pihak, seorang pejabat senior AS yang mengetahui perundingan damai tersebut, mengatakan "pertemuan penting untuk menyelesaikan perincian yang lebih kecil telah dimulai" di ibu kota Qatar, Doha .
Sekitar 20.000 tentara asing --sebagian besar berasal dari AS-- kini berada di Afghanistan sebagai bagian dari misi NATO yang dipimpin Washington, untuk melatih, membantu, dan memberi nasihat kepada pasukan Afghanistan.
Namun keberadaan itu juga tidak menghalangi pasukan AS melakukan operasi kontra-terorisme di sana.
Sementara itu, Donald Trump mengatakan pada hari Selasa, bahwa peran militer AS di Afghanistan pada dasarnya telah berubah menjadi pasukan polisi yang "konyol", sebagai tanda bahwa ia terbuka untuk penarikan pasukan dari sana setelah 18 tahun perang.
Perjanjian Potensial pada 4 Masalah Utama
Zalmay Khalilzad, seorang diplomat AS kelahiran Afghanistan, yang telah memimpin negosiasi dengan Taliban sejak tahun lalu, dijadwalkan melakukan perjalanan ke Kabul setelah pembicaraannya dengan para pejabat Taliban.
"Khalilzad akan memberi tahu para pemimpin tertinggi Afghanistan tentang perjanjian damai dan kemudian menyelesaikan satu deklarasi untuk mengakhiri perang di sana," kata pejabat AS itu tanpa menyebut nama.
Kedua belah pihak telah mengadakan diskusi tentang perjanjian potensial pada empat masalah utama, yakni jaminan Taliban bahwa tidak akan membiarkan militan asing menggunakan Afghanistan sebagai landasan serangan ke luar, penarikan lengkap pasukan AS dan NATO, sebuah intra Dialog Afghanistan, serta gencatan senjata permanen.
Advertisement
Taliban Menguasai Lebih Banyak Wilayah
Taliban sekarang menguasai lebih banyak wilayah dibandingkan ketika AS membom mereka keluar dari kekuasaan pada 2001.
Alasan AS membom Taliban adalah karena rezim tersebut dituding sengaha menyembunyikan kelompok ekstremis Al Qaeda, yang dipersalahkan atas serangan 11 September di New York.
Pejabat Taliban menuntut penarikan penuh pasukan asing dari Afghanistan, dan menolak mengadakan pembicaraan langsung dengan pemerintah resminya.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani --yang tengah bersiap untuk pemilu September-- mengatakan pada hari Kamis, bahwa pemerintahannya akan hadir dalam setiap negosiasi damai potensial dengan Taliban, terutama ketika mereka bergerak ke tahap lain dari proses tersebut.
Sementara itu, dua anggota militer AS tewas di Afghanistan pada hari Rabu, sehingga jumlah tentara Negeri Paman Sam yang gugur di medan perang setempat berjumlah sekitar 14 orang selama 2019 ini.