Liputan6.com, Islamabad - Aliran air yang dilepaskan dari bendungan India telah merendam cukup banyak kota dan desa di Pakistan timur laut.
Air banjir kini mencakup ratusan hektar di provinsi Punjab, seiring dengan masih terus meningkatnya permukaan sungai, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (23/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Para pejabat Pakistan mengatakan fokus mereka saat ini adalah menyelamatkan penduduk yang terdampak banjir, dan berharap ketinggian air akan surut dalam 48 jam sejak perintah evakuasi dikeluarkan pada Kamis siang.
Namun, saat ini adalah musim hujan di Asia Selatan, dan hujan deras diperkirakan tetap turun dalam beberapa hari mendatang di India utara.
Hal tersebut berarti akan lebih banyak air mengalir ke hilir, yang sebagian besar mengarah ke wilayah Pakistan, kata otoritas cuaca setempat.
Hujan di musim penghujan kerap membawa banjir dan kehancuran hampir setiap tahunnya di Asia Selatan.
Namun, menurut beberapa pengamat, ketegangan yang terus meningkat antara India dan Pakistan --yang sama-sama bersenjata nuklir-- memicu risiko penghentian dan pelepasan air secara sepihak, yang bisa berdampak buruk pada masyarakat luas di kedua negara.
Simak Video Pilihan Berikut:
India Tuduh Balik Pakistan Sebabkan Banjir
Sementara itu, entah kebetulan atau tidak, otoritas perbatasan India mengklaim sebagian wilayahnya terendam banjir oleh pembukaan pintu bendungan Pakistan.
Sekitar 17 desa di distrik Ferozepur di negara bagian Punjab digenangi bannjir, menyusul kebijakan Pakistan membuka beberapa pintu bendungan Sungai Sutlej yang berbagi aliran dengan India, kata pejabat lokal pada hari Kamis.
Ditambahkan olehnya, beberapa desa terdampak telah lebih dulu dilanda banjir akibat hujan deras selama beberapa hari terakhir.
Dikutip dari India Times, Deputi Komisioner Ferozepur Chander Gaind mengatakan air yang dilepakan dari bendungan Pakistan dituding mengandung polutan, yang berasal dari sentra pengrajin kulit di distrik Kasur, yang berlokas tidak jauh dari dam terkait.
"Kami sekarang fokus mengevakusi warga, dan meminta bantuan militer dan petugas penyelamat dalam rehabilitasi wilayah terdampak," kata Gaind.
Advertisement