Liputan6.com, Jakarta - Tak banyak yang tahu, Surabaya memiliki corak batik khas tersendiri. Batik Surabaya ini memiliki motif dan warnanya yang khusus. Bisa dibilang kehadiran batik Surabaya termasuk baru.
Sebelum Batik Surabaya hadir, daerah Surabaya didominasi dengan batik Sidoarjo, batik pesisiran (batik Lasem, Tuban dan Gresik) dan batik Tanjung Bumi dari Madura.
Awalnya, beberapa pembatik senior seperti Iwan Tirta mengangkat motif Sawunggaling yang diilhami dari legenda Sawung Galing. Kemudian, motif itu dikembangkan oleh pembatik-pembatik di Surabaya dengan motif spesifik lainnya. Berikut ini adalah batik-batik asal Surabaya, yang dirangkum dari buku Jalan-jalan Surabaya Enaknya ke Mana? karya Yusak Anshori dan Adi Kusrianto:
Dewi Saraswati, Batik Ornamen Suroboyo
Batik Dewi Saraswati adalah batik milik Hj. Putu Sulistiani Prabowo. Bu Putu adalah salah seorang pengrajin batik yang menghasilkan karya-karya batik asli Surabaya. Ia pun membuka gerai batik. Karya batiknya dapat kita lihat di gerai yang berlokasi di Jalan Jemursari Utara II/19. Selain galeri, batik ini juga membuka workshop.
Baca Juga
Advertisement
Unsur kesurabayaan batik ini terletak dari pilihan warna serta motif desainnya. Berbeda dengan unsur warna Madura, batik milik Putu ini mengandung unsur warna merah, biru, dan hijau yang sangat khas dengan Surabaya. Selain itu, motif yang terkandung dalam batik juga mengangkat ornamen-ornamen spesifik Surabaya dan Jawa Timur, seperti, ayam berkisar, daun semanggi, bentuk suro dan boyo, juga motif bunga sedap malam.
Galeri batik milik Putu ini memproduksi berbagai tingkat kualitas batik. Mulai dari yang berbahan katun halus hingga sutra tersedia di galeri ini. Semua batik yang dihasilkan adalah batik tulis yang digarap oleh 32 orang pembatik terampil berasal dari Tulung-agung.
Batik Dewi Saraswati juga membuat batik yang berkualitas premium, yaitu batik sarimbit mewah dan anggun dengan motif yang halus. Ciri karya batik Putu. Ini terletak pada desainnya yang lebih halus dan motifnya yang lebih cermat. Harganya mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 3 juta.
Karya-karya Putu sudah berhasil masuk ke kancah internasional. Dengan beberapa kali mengikuti pameran bertaraf internasional membuat batik Dewi Saraswati memiliki fans di banyak negara. Ternyata Surabaya memiliki batik yang eksotik dan patut dibanggakan ya!
Walaupun begitu, Putu tidak menjual batiknya di gerai-gerai lain atau di mall. Produk batik ini secara eksklusif hanya tersedia di galeri Batik Dewi Saraswati saja. Jika hendak ke sana, dari arah bundaran Dolog setelah memasuki Jalan Raya Jemur Sarim, sebelum rumah sakit Islam, beloklah ke kiri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Serba Mengandung Mangrove, Mulai dari Corak hingga Warna
Berbeda dengan motif sebelumnya, Surabaya juga memiliki gerai batik yang bercorak Mangrove sebagai ciri khasnya. Seorang inisiator yang menghasilkan batik unik itu adalah Lulut Sri Yuliani. Pengrajin batik mangrove ini beralamatkan di Jalan Wisma Kedung Asem Indah J-28 Rungkut, dengan label “BATIK SERU” (Seni Batik Motif Mangrove Rungkut Surabaya).
Mangrove atau bakau adalah tumbuhan yang anyak ditemukan di sisi pantai Kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar. Awalnya, keberadaan mangrove itu memiliki makna khusus. Namun, namanya mulai dikenal luas setelah belakangan mangrove menjadi motif batik khas daerah Rungkut dan Gunung Anyar.
Batik Mangrove ini memiliki tema pola ekosistem hutan bakau. Tak hanya itu, bahan pewarna alami yang digunakan juga mengambil dari daun-daun bakau dan bagian pohon bakau lain. Misalnya, untuk warna merah dibuat dari caping bunga dan buah Bruguiera Gymnorrhiza, kulit cabai merah dan secang. Untuk menciptakan warna kuning, bahan yang digunakan adalah getah nyamplung, kunyit dan batu gambir.
Sebagai batik pesisir, batik ini tidak melupakan ciri khasnya. Selain mangrove, batik ini juga menyertakan ornamen bergambar udang, kepiting, ikan dan kera. Ornamen itu adaalah sesuatu yang spesifik dari kawasan hutan mangrove. Tak lupa, setiap motif yang diciptakan, dilengkapi pula dengan nama jenis mangrove yang spesifik, baik dalam nama Latin atau nama daerah serta nama motif tambahannya.
Contohnya adalah gambar motif mange kasihan. Mange Kasihan adalah tumbuhan Aegicera floridum yang dikelilingi hiasan bunga Myrsinaceae. Selain itu, terdapat pula gambar kepiting, ikan, dan udang, untuk memberi nuansa pesisir dalam motif itu.
Batik tulis mangrove Rungkut Surabaya ini dijual dengan serta sertifikat keaslian satu desain untuk satu orang. Sehelai batik berukuran panjang 1-3 meter dihargai Rp 75 ribu hingga Rp 300 ribu. Batik ini juga memproduksi batik berharga dan harganya bisa mencapai lebih dari satu juta rupiah. Harga bergantung pada ukuran kain dan corak warna yang dipilih. Batik ini menyumbangkan 2,5 persen keuntungannya untuk pelestarian mangrove.
Batik asal Surabaya ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan menjadi aset budaya asli Indonesia.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Advertisement