Sumbangan Industri Kreatif Bali Terhadap PBD

Bali menduduki peringkat kedua setelah Yogyakarta

oleh Dewi Divianta diperbarui 24 Agu 2019, 18:00 WIB
Direktur Jenderak IKMA Kemenperin, Gati Wibawaningsih (kanan) usai membuka Creative Business Incubator-Bali Creative Industry Center (BCIC) di Denpasar (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar Industri kreatif kriya dan fashion dalam negeri tengah bergeliat. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) kembali menggelar 'Creative Talk' sebagai ajang pengembangan kewirausahaan melalui program Creative Business Incubator-Bali Creative Industry Center (BCIC).

Direktur Jenderak IKMA Kemenperin, Gati Wibawaningsih menjelaskan, event ini dimaksudkan untuk terus menumbuh-kembangkan sektor industri kreatif dalam negeri. Sebab, selain mendorong peningkatan jumlah wirausaha baru, industri kreatif juga berperan penting dakam memberikan kontibusi bagi perekonomian nasional.

"Minat generasi muda di Bali dalam berwirausaha berkontribusi sebesar 12,57 persen terhadap Product Domestic Bruto (PDB), berada di posisi kedua tertinggi di Indonesia setelah Yogyakarta sebesar 16,12 persen," kata Gati di Bali Creative Industry Center (BCIC) Denpasar, Jumat (23/8/2019).

Dari data Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali mencatat hingga Agustus 2018 jumlah industri kecil menengah di Bali mencapai 15.134 unit. Di mana jumlah tersebut mengalami oeningkstan 142 unit darj jumlah total tahun 2017 yang mencapai 14.922 unit.

"Artinya mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen dari tahun 2016 yang hanya 12.730 unit. Mssih berdasarkan data pada tahun 2017, keberadaan industri kecil menengah di Bali mampu menyerap tenaga kerja hingga 103.969 orang," katanya.

Berdassrkan survei khusus ekonomi kreatif BPS dan Bekraf tahun 2016, PDB ekonomi kreatif tercatat Rp922,59 triliun dengan kontribusi terbesar terdapat pada sub sektor kuliner, fahsion dan kerajinan.

"BCIC ini kami hadirkan sebagai wadah bagi pelaku industri kreatif kriya dan fashion untuk mengembangkan usaha dalam konteks 'meet-share-collaborate', di mana mereka bisa bertemu, berbagi pengalaman dan ide kreatif, sehingga pada akhirnya bisa berkolaborasi menciptakan karya bersama," katanya.

Sementara itu, mereka yang telah dilatih dan keluar sebagai pemenang pada ajang ini mendapat kesempatan untuk memamerkan produknya di luar negeri. Pemenang ajang ini pada tahun-tahun sebelumnya telah diboyong ke Taiwan, Korea bahkan New York untuk memamerkan produknya. 

"Produk Indonesia ini paling otentik, paling menonjol dalam hal industri kreatif. Kita bersaing dengan produk Thailand dan India yang memang budayanya bisa memproduksi barang kreatif. Yang jadi masalah adalah bahan baku. Hampir semua bahan baku kita masih impor. Bagaimana mau bersaing kalau masih impor. Makanya kita coba kelola dan perkenalkan bahan lokal," ujarnya. 

Simak video pilihan berikut

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya