Pengusaha Minta Pemerintah Tak Picu Perang Dagang dengan Eropa

Pengusaha makanan dan minuman meminta pemerintah tak mengenakan tarif tambahan impor produk olahan susu dari Eropa

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Agu 2019, 20:15 WIB
Kualitas susu bergantung pada pengolahan mulai dari sapi hingga susu tersebut dimasukan dalam kemasan.

Liputan6.com, Jakarta Pelaku usaha makanan dan minuman (mamin) mengharapkan pemerintah agar mempertimbangkan risiko dari rencana menaikkan tarif impor produk olahan susu dari Eropa. Sabab sebagian besar bahan baku industri mamin masih berasal dari Uni Eropa.

"Ini sedang dibahas ya. Kalau kami dari asosiasi mengusulkan kita harus meminimalis risiko dan dampaknya ya. Karena banyak yang kita impor dari Eropa itu bahan baku," kata Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi Lukman, saat ditemui, di Kemenko Maritim, Jakarta, Jumat (23/8/2019).

Tindakan penaikan tarif produk susu Eropa, lanjut dia bisa saja memicu tindakan balasan. Jika hal itu terjadi maka akan berdampak negatif pada industri mamin. "Ini yang kita sedang usulkan ke pemerintah karena pertimbangan impor bahan baku ini sangat risiko sekali kalau di stop mendadak dan juga akan meningkatkan biaya dari bahan baku ya," ujar dia. 

"Karena kita khawatir daya saing kita. Apalagi kita ekspor cukup berat ya dan kalau bahan baku naik otomatis harga produknya juga kenaikan," ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Butuh Waktu Pengganti Pasokan

Kualitas susu bergantung pada pengolahan mulai dari sapi hingga susu tersebut dimasukan dalam kemasan.

Dia mengatakan bahwa industri mamin Indonesia bisa saja mencari penyuplai bahan baku selain Eropa. Namun upaya tersebut, dia akui tidak mudah. "Bisa tapi tidak dalam waktu pendek ya," tegas dia.

Sejauh ini, kata Adhi, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan pemerintah terkait hal tersebut. "Oleh sebab itu kita akan diskusi dengan pemerintah lagi. Tapi kami sudah memberikan masukan kepada pemerintah terkait ini," tandasnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya