BMKG: Getaran Gempa Bogor Sudah Terjadi 76 Kali Sejak 10 Agustus 2019

BMKG juga melaporkan pusat gempa terjadi di darat atau sekitar 101 kilometer barat daya Kabupaten Bogor.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 23 Agu 2019, 19:52 WIB
Gempa Lombok: Badan SAR Nasional (Basarnas) melakukan evakuasi sekitar 700 orang yang berada di Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Ilustrasi: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa berkekuatan magnitudo 4 yang menggoyang Kabupaten Bogor, Jawa Barat terasa hingga Jakarta. Getaran lindu ini terjadi sekitar pukul 11.10.59 WIB.

Namun rupanya, ini merupakan rentetan gempa yang sudah berulang kali terjadi di wilayah Kabupaten Bogor sejak Sabtu, 10 Agustus 2019 lalu.

"Aktivitas gempa kecil yang terus terjadi di wilayah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, sejak Sabtu 10 Agustus 2019 lalu hingga hari ini masih terus berlangsung," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono kepada Liputan6.com, Jumat (23/8/2019).

Bahkan menurutnya, gempa sudah terjadi hingga 76 kali sampai pada Rabu, 21 Agustus 2019.

"Hingga Rabu malam, BMKG sudah mencatat sebanyak 76 kali aktivitas gempa kecil dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman," ucap Daryono.

Dan pada hari ini, gempa kembali terjadi dengan kekuatan magnitudo 4. BMKG juga melaporkan pusat gempa terjadi di darat atau sekitar 101 kilometer barat daya Kabupaten Bogor.

Sedangkan titik koordinat gempa berada di 6,7 Lintang Selatan (LS) dan 106,51 Bujur Timur (BT). Kedalaman 5 kilometer.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Gempa Swarm

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Daryono menjelaskan, jika diamati rentetan gempa yang sedang berlangsung di Kabupaten Bogor saat ini, fenomena gempa merupakan aktivitas gempa swarms.

Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa yang terjadi di kawasan sangat lokal, dengan magnitudo relatif kecil, memiliki karakteristik frekuensi kejadian sangat tinggi, dan berlangsung dalam periode waktu tertentu.

"Aktivitas gempa di wilayah Bogor saat ini layak disebut swarm karena gempa yang terjadi sangat banyak tetapi tidak ada gempa yang magnitudonya menonjol sebagai gempa utama (main shocks)," kata Daryono.

Selain itu memang rata-rata magnitudo gempanya relatif kecil, yaitu kurang dari M 4,0.

"Jika kita amati klaster sebaran pusat gempa yang berlangsung saat ini, tampak aktivitasnya sangat lokal terkosentrasi di sebelah baratdaya Kaki Gunung Salak," pungkasnya.

 


Gempa Tak Berbahaya

Ilustrasi kerusakan struktur tanah yang retak akibat gempa. Foto: Pixabay

Sementara itu, Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika menyebut gempa yang terjadi tidak berbahaya.

"Tidak berbahaya, karena gempanya kecil-kecil," ujar Gede kepada Liputan6.com, Jumat (23/8/2019).

Dia menjelaskan, gempa-gempa kecil tersebut dianggap sebagai gempa rintisan (fore shock). Namun, setelahnya bisa saja terjadi gempa besar.

"Kalau gempa-gempa kecil ini dianggap sebagai gempa rintisan (fore shock), maka nanti datang gempa utama (main shock) yang magnitudonya paling besar, nah ini yang berbahaya," ucap Gede.

Meski begitu, dirinya meyakini di wilayah Kabupaten Bogor itu sangat kecil kemungkinan akan terjadi gempa utama yang besar.

"Tapi menurut saya di tempat ini kecil kemungkinan terjadi gempa utama yang merusak karena dalam sejarahnya selama 500 tahun terakhir belum pernah terjadi gempa bumi merusak," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya