Liputan6.com, Jakarta - Impor limbah sampah dan plastik scrap menjadi masalah di Indonesia akhir-akhir ini. Karenanya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah membangun roadmap agar Indonesia tidak lagi tergantung kepada impor itu ke depan.
"Kita harus optimalkan sampah dalam negeri. Saya kira banyak potensi-potensi sampah di dalam negeri yang sangat baik,” kata Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK Ujang Solihin Sidik dalam acara diskusi Wibinar bertema “Bangkit dari Pandemi: Mendorong Ekonomi Sirkular untuk Menjaga Manusia dan Bumi”, Jumat (19/6/2020).
Advertisement
Langkah kedua yang akan dilakukan pemerintah adalah mengurangi kebutuhan virgin plastik, yaitu pelet yang diambil terbuat dari minyak bumi.
"Ke depan pemerintah harus membuat kebijakan bahwa barang-barang dari hasil daur ulang plastik itu harus menjadi prioritas dalam proses pengadaan,” ucapnya.
Dia juga menuturkan bahwa KLHK bersama dengan Lembaga Pengadaan Barang dan Jasa (LKPJ) saat ini sedang membangun kebijakan green procurement.
"Jadi ke depan, barang-barang yang memang hasil daur ulang akan mendapatkan label khusus bahwa ini akan menjadi prioritas di pengadaan barang dan jasa khususnya di pemerintahan,” tuturnya.
Ujang mengatakan saat ini yang sudah terpasang label prioritas di pengadaan barang pemerintah adalah kertas. “Jadi ke depannya kami akan prioritasnya produk plastik daur ulang,” katanya.
Dukungan Swasta
Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo dalam kesempatan itu memaparkan, gerakan #BijakBerplastik yang telah dijalankan sejak 2018. Gerakan ini sebagai kontribusi pihaknya yang fokus pada pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi konsumen terkait pengelolaan sampah, dan inovasi kemasan produk.
Karyanto menyatakan, pihaknya menargetkan di 2025 dapat mengumpulkan lebih banyak plastik daripada yang digunakan, mengedukasi hingga 100 juta konsumen, memastikan 100% kemasan kami dapat digunakan ulang, didaur ulang atas dijadikan kompos, serta meningkatkan kandungan material daur ulang dalam botol menjadi 50%.
"Saat ini kami telah melakukan berbagai inisiatif di antaranya membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) bersama Pemerintah Kabupaten Lamongan, menyusun modul pembelajaran Sampahku Tanggung Jawabku untuk anak sekolah dasar dan buku cerita untuk taman kanak-kanak serta terus melakukan riset dan uji coba untuk inovasi kemasan yang lebih ramah lingkungan," Jelas Karyanto Wibowo.
Advertisement