Ribuan Warga Pekanbaru Salat Minta Hujan di Tengah Kepungan Asap

BMKG Stasiun Pekanbaru menyatakan, pada Sabtu pagi jarak pandang di Pekanbaru memburuk jadi tinggal 1,5 kilometer akibat asap Karhutla.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2019, 13:52 WIB
Umat muslim melaksanakan salat Idul Adha di halaman Masjid Raya Annur dengan kondisi kabut asap karhutla yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Minggu (11/8/2019). Terlihat warga mengenakan masker untuk mengantisipasi dampak buruk kabut asap imbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla). (Wahyudi/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan santri Pondok Pesantren Dar el Hikmah dan warga menggelar salat Istisqa untuk memohon turunnya hujan di tengah asap jerebu kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (24/8/2019).

Ketua Umum Yayasan Nur Iman Amrasul Abdullah mengatakan, ada sebanyak 1.600 santri bersama pengajar serta masyarakat umum mengikuti salat Istisqa, yang digelar di lapangan pondok pesantren tersebut.

Shalat Istisqa dimulai pukul 07.30 WIB dan berakhir pada 08.15 WIB. Bertindak sebagai imam salat adalah ustaz Syarkawi, sedangkan khatib dan doa oleh ustaz Ibnu Harris.

Ia menjelaskan, salat tersebut digelar karena melihat kondisi asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang semakin tebal serta beberapa daerah di Riau yang mengalami kekeringan.

"Selain anjuran Gubernur Riau Syamsuar, salat Istisqa ini kami laksanakan usai mendapat cerita dari wali santri saat melihat anak-anaknya di Pondok Pesantren Dar el Hikmah. Itu jadi alasannya, selain kabut asap saat ini," kata Amrasul Abdullah.

Ia menceritakan, wali santri dari Kota Pekanbaru, tinggal di daerah Kulim, kemudian di Pulau Muda, Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan, juga menceritakan bagaimana mereka sudah sulit mendapatkan air bersih. Bahkan, wali santri dari Kulim menceritakan mereka harus membeli air bersih karena sumber air mengering.

"Untuk satu tanki air dengan isi 1.000 liter harganya Rp 60 ribu. Air bersih satu tanki itu hanya bisa mencukupi kebutuhan satu hari keluarga. Sumur mereka sudah kering, walau disedot menggunakan mesin, tetap saja tak keluar," katanya seperti dikutip Antara.

BMKG Stasiun Pekanbaru menyatakan, pada Sabtu pagi jarak pandang di Pekanbaru memburuk jadi tinggal 1,5 kilometer akibat asap Karhutla.

Pantauan satelit mendeteksi ada 272 titik panas di Riau, lokasi paling banyak di Kabupaten Pelalawan dengan 102 titik. Daerah lainnya antara lain Indragiri Hilir ada 90 titik panas, Bengkalis 35 titik, Indragiri Hulu 17 titik, Kepulauan Meranti dan Siak masing-masing 9 titik, Rokan Hilir 7 titik, Kuansing 2 titik dan Kampar satu titik panas.

Dari jumlah tersebut, ada 192 yang teridentifikasi sebagai titik api. Lokasi paling banyak juga di Pelalawan ada 76 titik, kemudian Indragiri Hulu 60 titik, dan Bengkalis 29 titik.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kerahkan 4 Helikopter

Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau mengerahkan empat helikopter untuk membantu pemadaman kebakaran yang makin meluas di daerah bagian selatan Provinsi Riau. Wakil Komandan Satgas Karhutla Riau Edwar mengatakan penanganan kebakaran terus dioptimalkan di tengah banyaknya kendala di lapangan.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) luas kebakaran hutan dan lahan di Riau sejak Januari tahun ini sudah lebih dari 30.000 hektare.

Edwar menjelaskan, bantuan pemadaman dari udara menggunakan helikopter kini fokus ke Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu) dan Indragiri Hilir (Inhil). Tiga daerah tersebut banyak terdapat kebakaran yang hingga kini belum bisa dikendalikan, dan mengakibatkan asap atau jerebu yang terbawa angin ke Kota Pekanbaru.

"Penanganan terus kami optimalkan, khususnya di daerah selatan yang asapnya mengarah ke Pekanbaru. Pagi ini empat heli sudah kami kerahkan untuk pemadaman di Inhu, Inhil dan Pelalawan," kata Edwar .

Empat helikopter tersebut akan menjatuhkan air dari udara (water bombing), namun efektivitasnya belum bisa dipastikan karena sumber air banyak mengering.

"Angin kencang dan sulit, dan jauhnya jarak sumber air di daerah Karhutla menjadi kendala kami di lapangan," ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya