Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan akan terus membuka diri terhadap era transformasi digital dan teknologi terbarukan. Sikap itu dinilai penting agar bisnis perusahaan tidak tergerus oleh perkembangan zaman saat ini.
Senior Vice President (SVP) Pertamina Jeffrey Tjahja Indra mengatakan, 2019 merupakan tahun kedua bagi perseroan dalam melakukan transformasi digital. Untuk itu, ia menambahkan, Pertamina menyiapkan tiga langkah yang disebut sebagai triple transformation.
"Pertama adalah transformasi people atau organisasi. Karena kita tahu, percuma kalau kita punya teknologi kalau orangnya tidak kita persiapkan," ungkap dia di Mercure Hotel Sabang, Jakarta, Sabtu (24/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Kedua, ia melanjutkan, yakni melakukan transformasi bisnis. Menurutnya, percuma saja Pertamina bersandar pada Information Teknology (IT) Kalau bentuk bisnisnya masih sama. Namun begitu, sambungnya, secara proses bisnis masih akan tetap sama dan tidak berubah.
Langkah ketiga, ia menyebutkan, yakni mendukung kedua point pertama dengan transformasi teknologi. "Untuk itulah maka triple transformation itu kita lebih yakin bahwa transformasi digital Pertamina ini bisa merubah, bisa memperbaiki, bisa memberikan semangat baru bagi Pertamina," tuturnya.
"Dari sudut pandang people, kami juga harus mau berubah mengadopsi solusi-solusi yang ada di pasaran hari ini. Kami harus bisa membuka diri dan mengadopsi teknologi yang terbaru," dia menambahkan.
Oleh karena itulah Pertamina melalui Pertamina Energy menggelar acara Pertamina Energy Hackathon 2.0, sebuah kompetisi umum bagi para developer Indonesia untuk memecahkan permasalahan dalam industri energi melalui Information and Communication Technologies (ICT) terbaru.
"Ajang Hackathon ini ke meng-address dari tiga-tiganya, dari people, khusus bagi IT, juga hadir orang bisnis di sini, melihat bagaimana orang luar bisa mengusulkan satu ide dan solusi terhadap perbaikan bisnis Pertamina," pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Digitalisasi SPBU Molor, Ini Penjelasan Pertamina
PT Pertamina (Persero) mengakui terjadi keterlambatan penerapan sistem digital pada kegiatan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM), rencananya sistem tersebut akan diterapkan pada 5.518 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Direktur Pemasaran Ritail Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan, penyebab molornya penerapan sistem digital adalah kondisi kontruksi SPBU yang ada sudah tua, sehingga petugas pemasang alat pencatat penyaluran BBM harus berhati-hati.
"Kenapa ini bisa terlambat. Ternayata konsturksi SPBU kita bukan SPBU baru kami hati-hati melakukan instalasi ini membuat proyek mundur," kata Mas'ud, di Kantor BPH Migas, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Mas'ud melanjutkan, penyebab molornya penerapan sistem digital pada SPBU adalah waktu pemasangan alat pencatat yang terbatas, sebab harus menunggu SPBU berhenti beroperasi.
"Teman-teman Telkom bekerja terbatas saat SPBU tutup jam 10 malam sampai jam 5 pagi Sebelum SPBU buka," tuturnya.
Memaparkan perkembangan pemasangan alat pencatat digital tersebut, saat ini tangki timbun pada 5.518 SPBU sudat terpasang sensor pencatat, kemudia dilanjutkan dengan pemasangan Electric Data Center (EDC) sebanyak 22 ribu unit yang saat ini sudah terealisasi sebanyak 1.400 unit dan 130 SPBU di Jakarta sudah terintegrasi.
"Manfaatnya kita bisa monitor berapa BBM yang ditebus berapa yang dijual, berapa sudah laku, sehingga monitor stok. Kita bisa tau stok SPBU mana yang habis atau habis dalam berapa jam," tandasnya
Advertisement
Tahan Penurunan Produksi Minyak, Ini Langkah Pertamina
Pertamina, melalui anak usahanya PT Pertamina EP, menggelar delapan proyek pengurasan minyak tahap lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk menahan laju penurunan produksi minyak.
Delapan proyek kegiatan EOR meliputi lapangan yaitu Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau dan Jatibarang.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, sejak April 2019, Pertamina telah membentuk komite EOR dan diskusi melibatkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) dan ahli-ahli eksternal. Pilot EOR polymer di Lapangan Tanjung telah menunjukkan hasil yang positif.
“Sebagai kelanjutannya telah ditandatanganinya pokok-pokok kesepahaman antara Pertamina dan Repsol dalam pengelolaan EOR di lapangan Tanjung untuk full scale nya, termasuk implementasi EOR Surfactant-Polymer,” kata Dharmawan, di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Dharmawan mengungkapkan, proyek EOR yang dilaksanakan oleh Pertamina meliputi implementasi EOR surfactant polymer dan CO2 flooding. Dia optimis strategi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya menahan laju decline rate di lapangan-lapangan Pertamina.
"Untuk EOR di Tanjung, kami perkirakan dalam dua sampai tiga tahun kedepan produksinya bisa naik 4 hingga 5 kali lipat dari produksi saat ini,” ujarnya.