Liputan6.com, Jakarta - Airbag atau kantung udara menjadi salah satu fitur keselamatan yang penting dari sebuah kendaraan. Fungsi dari komponen ini, adalah untuk melindungi pengemudi dan penumpang sehingga memperkecil peluang terjadinya luka parah atau kematian saat terjadinya kecelakaan.
Sejatinya, airbag berfungsi untuk melindungi kepala, leher, dan dada. Dengan alasan tersebutlah, penempatan airbag dilakukan di bagian lingkar kemudi untuk pengemudi, dan dasbor di depan penumpang.
Baca Juga
Advertisement
Namun terkadang, saat terjadi kecelakaan, airbag justru tidak mengembang. Pasalnya, airbag memang dirancang untuk tidak mudah mengembang. Pasalnya, jika fitur ini dirancang untuk mudah mengembang, justru membahayakan pengemudi dan penumpang.
Melansir berbagai sumber, berikut empat alasan airbag tidak mengembang saat terjadi kecelakaan:
1) Menabrak Benda Bergeser
Kantong udara tidak akan mengembang jika menabrak benda yang bergerak, karena energi yang diterima tidak cukup kuat untuk menghidupkan sensor yang akan menghidupkan airbag.
2) Menabrak Tiang
Kantong udara tidak akan mengembang jika mobil menabrak tiang, pohon, pilar atau benda sejenis tepat di bagian tengah kendaraan. Hal itu terjadi karena letak sensor bukanlah di tengah, melainkan di depan kanan dan kiri.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
3) Tabrakan depan miring
Tabrakan dari depan dengan arah miring ke kiri atau ke kanan dengan sudut di atas 30 derajat tidak akan membuat sensor mengembangkan kantung udara. Pada kecelakaan dengan kemiringan di atas 30 derajat, mobil akan tetap berjalan sampai jarak tertentu, contohnya kasus-kasus mobil menabrak pembatas jalan di sisi kiri atau kanan.
4) Tabrak Belakang
Benturan dari belakang, samping dan terguling tidak akan membuat sensor airbag menyala karena yang diperlukan pada kecelakaan itu bukanlah kantung udara melainkan sabuk keselamtan dan sandaran kepala yang mampu menjaga tubuh dan leher tidak terlempar lebih jauh.
Advertisement