Liputan6.com, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah mendesak aparat kepolisian segera menangkap provokator yang memicu kerusuhan di Papua dan menghukumnya.
"Perlu hati-hati. Rasanya merasa ketersinggungan yang luar biasa. Jadi, orang yang mengatakan itu harus ditemukan dan dihukum karena dia yang menimbulkan masalah," kata Gus Solah di Jombang, Minggu 25 Agustus 2019.
Advertisement
Dilansir Antara, adik Presiden ke-4 RI sekaligus ulama besar KH Abdurrahman Wahid itu merasa prihatin terhadap peristiwa yang memicu gelombang demokrasi hingga ricuh di Papua dan Papua Barat. Apalagi tidak sedikit fasilitas umum yang rusak.
Sebelumnya, beredar di akun media sosial yang menyebarkan konten bernada rasisme hingga menyebabkan unjuk rasa besar-besaran di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat termasuk Manokwari, Senin 19 Agustus 2019. Masyarakat emosi setelah melihat video viral tersebut.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Jakarta mengatakan, konten video tersebut telah terhapus. Namun, polisi melakukan pelacakan terhadap pemilik akun lewat jejak digitalnya guna memastikan kebenaran video tersebut.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Hoaks Biang Keladi Perpecahan
Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) Peter Frans Rumaseb menyebut, berita hoaks yang beredar liar di masyarakat menjadi salah satu penyebab perpecahan. Termasuk pemicu unjuk rasa berujung ricuh di Papua dan Papua Barat beberapa waktu lalu.
"Untuk yang kesekian kalinya berita hoaks, telah mengusik perdamaian kehidupan berbangsa," ujar Peter dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 24 Agustus 2019.
Dia juga mengimbau agar warga tidak terprovokasi dengan berita-berita bohong yang menyebar di media sosial. Selain itu, dia meminta warga tak perlu khawatir dengan situasi konflik saat ini.
Dia menegaskan bahwa mahasiswa Papua di Jawa Timur dalam kondisi aman. Dia meminta keluarga dan masyarakat Papua tidak perlu khawatir berlebihan.
"Kami berharap mama dong semua di Papua, papa dong semua di Papua, saudara-saudara kita di Papua, bahwa kita di Surabaya aman. Anak-anak kuliah di sini aman, tidak ada masalah. Tidak usah khawatir, tidak perlu khawatir yang berlebihan," katanya.
Peter menceritakan dirinya tahu, bahwa dua hari sebelumnya ada 43 mahasiswa Papua yang sempat diamankan di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur.
Dia juga kaget saat tahu ada demonstrasi di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat dilatarbelakangi isu diskriminasi mahasiswa asal Papua di Jawa Timur. Menurutnya, banyak informasi sumir terkait peristiwa itu.
"Jangan cepat terprovokasi dengan informasi yang muncul di media sosial," pungkas Peter.
Advertisement