Masyarakat Harap Proyek PLTA Batang Toru Segera Rampung

PLTA Batang Toru merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35 ribu MW.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Agu 2019, 10:45 WIB
Pekerja beraktivitas di sekitar proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Kamis (6/4). Penyelesaian proyek PLTA Jatigede berkapasitas 2 x 55 Mega Watt ini sudah mencapai 19,04% (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru berharap pembangkit listrik berkapasitas 510 MW tersebut bisa segera beroperasi. Dengan demikian, masyarakat bisa mendapatkan kepastian pasokan listrik untuk kegiatan sehari-hari termasuk untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat.

Salah satu tokoh masyarakat, Raja Adat Marancar Baginda Kali Rajo Yusuf Siregar menyatakan, masyarakat setempat berharap banyak pada pembangunan PLTA Batang Toru. Proyek listrik terbarukan yang menjadi bagian Proyek Strategis Nasional Presiden Joko Widodo (Jokwowi) itu diyakini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Menurut Yusuf, proyek PLTA itu akan membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat. Selain itu, PLTA Batang Toru juga akan menyediakan listrik secara berkesinambungan bagi masyarakat setempat.

“Masyarakat di Jawa sudah kerepotan saat listrik mati sebentar. Apalagi kami yang seringkali mati listrik. Kami berharap listrik yang tidak sering padam," tuturnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (26/8/2019).

Yusuf menuturkan, ketersediaan listrik berarti masyarakat bisa menenun kain meski matahari sudah terbenam. Kemudian, anak-anak Simarboru pun bisa belajar di malam hari.

Selain itu, akses informasi pun akan lebih terbuka karena ketersediaan listrik masyarakat bisa tersmabung dengan dunia luar melalui internet.

“Kami juga ingin anak-anak kami menjadi orang pintar,” kata Yusuf.

PLTA Batang Toru merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35 ribu MW yang dicanangkan Presiden Joko  Widodo. PLTA itu bisa menghasilkan listrik hingga 510 MW dan bertipe peaker untuk menyangga hingga 15 persen saat beban puncak Sumatera Utara. Saat ini, defisit listrik di Sumatera Utara itu diisi oleh pembangkit listrik berbahan bakar solar yang disewa dari luar negeri.

Saat beroperasi pada 2022, PLTA Batang Toru akan menghemat solar pembangkit listrik tenaga diesel hingga USD 400 juta atau Rp 5,6 triliun per tahun. Pembangkit itu juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 1,6 juta-2,2 juta metrik ton CO2 per tahun. Jumlah itu mencakup 4 persen  dari target pengurangan emisi (GRK) secara nasional di sektor energi pada 2030.

Untuk menyuarakan  dukungan masyarakat terhadap pembangunan PLTA Batang Toru, para tokoh adat juga sempat mendatangi Kantor Staf Presiden, pada Jumat (16/8/2019), lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


PLN Bakal Bangun PLTA Terbesar di Indonesia

PT PLN mengatakan progres proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Jatigede berkapasitas 2 x 55 Mega Watt sudah mencapai 19,04% dan diperkirakan dapat beroperasi pada 2019, Jawa Barat, Kamis (6/4). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

PT PLN (Persero) akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan Utara, untuk memasok kebutuhan listrik di Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning.

Direktur Pengadaan Strategis I PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan, PLN akan mendukung rencana pemerintah membangun KIPI Tanah Kuning, dengan membangun PLTA di Kalimantan Utara yang sudah masuk dalam Rencana Usaha Pengadaan Ketenagalistrikan (RUPTL).

 

"Rapat pembangkit di Kalimantan Utara. Kami mendukung sudah masuk RUPTL," kata Inten, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Jumat (26/7/2019).

Menurut Inten, kapasitas PLTA yang akan dibangun lebih dari 1.000 Mega Watt (MW), pembangunan akan dilakukan bertahap dan memakan waktu sekitar 5-6 tahun.‎ Untuk nilai investasi, dia belum bisa menyebutkan, sebab masih dalam studi kelayakan.

"Lumayan besar di atas 1.000 MW. Harapannya Indonesia punya PLTA paling besar‎," tuturnya.

Inten mengungkapkan, listrik dari PLTA Kalimantan Utara untuk memenuhi kebutuhan KIPI Tanaha Kuning, terdiri dari industri fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang dibangun PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan mitranya.

‎"Pengembangan PLTA yang di Kaltara khusus untuk melistriki KIPI dan untuk Indonesia, ketahanan energi bagus," tandasnya.  


PLTA Raja Mandala Siap Dioperasikan

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala berkapasitas 47 MW (Megawatt) yang telah resmi beroperasi, Jumat (12/7/2019).

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Raja Mandala siap dioperasikan komersial. Kesiapan ini setelah pembangkit tersebut mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Direktur Utama PT Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani mengatakan, PLTA Rajamandala merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air yang dikelola PT Rajamandala Electric Power (REP), sebuah perusahaan yang dibentuk melalui kerja sama antara PT Indonesia Power dengan Kansai Electric Power Co., Inc. 

Adanya PLTA Rajamandala ini membuat PLN Grup, khususnya PT Indonesia Power menambah jumlah pembangkit listrik yang menggunakan energi baru dan terbarukan.

“Satu lagi program pengembangan pembangkit EBT telah selesai pembangunannya. Harapannya dengan ini kami bisa terus mendukung target 23 persen bauran energi (energy mix) dari program PLN” kata Sripeni, di Jakarta, Jumat (17/5/2019).

PLTA Rajamandala yang berlokasi di hilir PLTA Saguling, telah selesai melaksanakan Nett Dependable Capacity (NDC) Test dan Reliability Run (RR) Test selama 3x24 jam dari rangkaian uji kelayakan.

"Kegiatan ini bertujuan untuk menguji kehandalan dan kapasitas maksimum pembangkit listrik, sebelum beroperasi secara komersial," tuturnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya