7 Mahasiswa Papua Lulus dari Universitas Corban, Ada yang Raih Magna Cum Laude

Tujuh putra-putri terbaik Papua lulus dari Universitas Corban, Oregon, Amerika Serikat.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 26 Agu 2019, 12:00 WIB
Putra-putri Papua lulus dari Universitas Corban, Oregon. (Courtesy: Gubernur Papua Lukas Enembe)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar membanggakan Indonesia datang dari Amerika Serikat. Tujuh putra-putri terbaik Papua lulus dari Universitas Corban, Oregon, AS, bahkan salah satu di antaranya lulus dengan predikat magna cum laude.

Gubernur Papua Lukas Enembe bersama istri datang langsung untuk menyaksikan saat membanggakan itu, yang dilanjutkannya dengan upacara tradisional bakar batu sebagai ungkapan rasa syukur.

"Saya datang bersama ibu dan beberapa pejabat Papua untuk menyaksikan langsung wisuda tujuh mahasiswa Papua di universitas ini. Saya bangga sekali pada mereka," ujar Lukas, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (26/8/2019).

Satu mahasiswi asal Papua yang meraih predikat magna cum laude adalah Sherina Fernanda Msen. Mahasiswa jurusan akuntansi, kepemimpinan dan manajemen itu bahkan dianugerahi 'Top Accounting Student' oleh Oregon Society of Certified Public Accountants OSCPA.

"Saya tidak sangka lulus dengan magna cum laude. Saya memang punya passion pada numbers (angka), matematika dan problem solving, karena itu memilih akuntansi dan manajemen. Tapi tidak sangka dapat predikat terbaik. Saya awalnya memilih jurusan ini karena akuntansi dan manajemen mempunyai peluang besar dalam karir. Setiap perusahaan membutuhkan sistem keuangan yang baik kan," ungkap Sherina.

Gubernur Papua Lukas Enembe beri ucapan selamat dan penghargaan kepada Sherina Fernanda, yang lulus dengan magna cum laude dari Universitas Corban, Oregon. (Courtesy: Gubernur Papua Lukas Enembe)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Papua Kirim Ratusan Siswa

Tujuh putra-putri Papua ini adalah bagian dari sekitar 30-an remaja Papua yang dikirim untuk belajar ke negara bagian Oregon dengan menggunakan dana otonomi khusus.

"Yang kemarin lulus itu adalah rombongan yang pertama saya kirim dari Papua tahun 2014. Mereka ini dikirim dengan dana otonomi khusus karena saya rasa perlu anak-anak kita belajar ke mana saja, ke dalam dan luar negeri. Kami kirim sebagian ke luar negeri karena belum banyak anak Papua mengenyam kesempatan pendidikan di luar negeri. Mengapa di Jawa bisa ada banyak anak dikirim ke luar negeri jadi dokter dan sebagainya, tapi Papua tidak? Itulah sebabnya saya ingin mereka belajar ke luar negeri," papar Lukas.

Sejak program mengirim putra-putri Papua ke luar negeri ini dimulai tahun 2014, imbuh dia, sudah ada sekitar 500 orang belajar di berbagai negara, sebagian besar di Amerika.

"360 mahasiswa kita belajar di Amerika, kami kirim belajar di berbagai kampus, di 23 negara bagian," ungkap Lukas. 

Lukas Enembe mengatakan, ia tidak mensyaratkan mereka yang sudah lulus ini untuk kembali ke Papua, karena menurutnya mengharumkan nama Indonesia dan Papua dapat dilakukan di mana saja.

"Pemerintah tidak mengharuskan mereka kembali untuk mengabdi. Mereka boleh mengabdi di mana saja di seluruh dunia asal tetap menjadi warga negara Indonesia, warga asli Papua. Itu harapan saya. Tentu saja mereka bisa kembali untuk membangun ke Papua, tetapi kami tidak mengharuskan. Bagi kami, mereka bisa mengharumkan nama Papua, nama Indonesia di mana saja. Jangan terpaku harus ada di Papua saja. Mereka yang tidak pulang pun tidak kami haruskan mengembalikan uang kuliah selama ini,” pesannya.

 


Tetap Ingin Pulang

Yang menarik, Sherina Fernanda, yang kini sudah mendapat tawaran melanjutkan pendidikan strata dua dari tiga kampus bergengsi lain di Amerika, justru ingin pulang kampung.

"Saya pribadi malah ingin pulang ke Papua. Saya rindu Papua. Saya memang memimpikan pulang kembali dan bekerja di Papua. Saya asli dari Biak, tetapi tinggal di Jayapura. Saya ingin pulang," ujar Sherina.

Dia memang berbeda dengan mahasiswa kebanyakan. Selain kuliah, sehari-hari ia juga bekerja sambilan dengan memberikan tutoring atau semacam les pribadi kepada mahasiswa lain yang membutuhkan tambahan bimbingan.

"Tapi saya selalu libur pada hari Sabtu agar saya bisa mendekatkan diri pada Tuhan, bisa tetap membaca Alkitab, dan baru kemudian bertemu teman-teman dan beristirahat. Bagaimana pun hidup kita harus balanced khan?" tambahnya.

Rasa syukur Gubernur Papua Lukas Enembe, seluruh mahasiswa dan mereka yang baru lulus wisuda itu dituangkan dalam upacara tradisional bakar batu Sabtu sore.

"Kami buat bakar batu yang cukup bagus di dekat asrama mahasiswa di pinggiran kampus Oregon itu. Kami undang seluruh mahasiswa dan warga di sekitarnya. Dalam upacara tradisional seperti itu dosen-dosen mereka dan juga saya sendiri memberi pesan dan nasehat untuk kehidupan mereka kelak. Kita sambut mereka, bangga dan beri penghargaan buat mereka. Benar-benar suasana kekeluargaan yang mengharukan," kata Lukas. 

"Bakar batu ini tradisi dari Papua. Adik-adik kami yang tadinya ingin buat untuk wisuda, tapi begitu tahu Bapak Gubernur datang, kami ajak sama-sama datang. Ini kedua kalinya kami buat upacara bakar batu karena kami merasa bersyukur sekali dengan apa yang sudah diraih, dan berpikir mengapa tidak buat upacara tradisional kita di sini. Teman-teman bule saya banyak yang surprise melihat bakar batu," tutur Sherina.

Mengakhiri pembicaraan dengan VOA, Sherina Fernanda mengatakan sedang mempertimbangkan apakah akan melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu baru pulang ke Papua, atau pulang kampung dulu baru kuliah lagi. "Yang pasti saya ingin pulang," tegasnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya