Hikmah di Balik Kasus Video Vina Garut

Munculnya ragam kasus video, seperti kasus video Vina Garut belakangan ini, akibat minimnya pemahaman para siswa terhadap pengetahuan agama.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 27 Agu 2019, 01:00 WIB
Kepala Dinas Pendidikan Garut Totong dan Ketua FKDT Garut Iim Komarudin (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Kemunculan video syur 'Vina Garut’ membuat seluruh lapisan masyarakat Garut, Jawa Barat berbenah. Tak terkeculi Dinas Pendidikan. Mereka akhirnya merumuskan sistem pendidikan berbasis pesantren di sekolah.

"Sudah kita mulai, dan diterapkan pada siswa baru," ujar Kepala Dinas Pendidikan Garut Totong, Senin (26/8/2019).

Penerapan kurikulum pendidikan berbasis pesantren, diharapkan mampu menanamkan pendidikan agama lebih banyak lagi kepada siswa. 

"Saya sebentar lagi mau launching kurikulum sekolah berbasis pesantren, termasuk pesantren berbasis sekolah," ujarnya.

Dengan sistem itu, diharapkan setiap siswa tamatan Sekolah Dasar (SD), memiliki pemahaman agama sebagai pijakan dalam bermasyarakat.

"Nanti penerapannya bisa dilaksanakan setelah sekolah atau di luar jam sekolah, tapi masih dalam lingkungan sekolah, misalkan sebelum pulang," kata dia.

Dalam praktiknya, setiap siswa diwajibkan menghafal beberapa ayat setiap hari di sekolah, sehingga dalam waktu tertentu mampu menghafal beberapa juz Alquran.

"Kami akan gebyarkan program one day ten ayat, jadi satu hari 10 ayat," kata dia.

Dengan metode itu, seluruh siswa terutama Muslim menjadi lebih dekat dengan Alquran dan memiliki akhlak yang mulia.

"Minimal tamatan SD bisa hatam satu juz dan SMP 2 juz, itu kita upayakan menjadi syarat kelulusan," kata dia.

Selain itu, ustaz yang dihadirkan ke sekolah, mampu memberikan tambahan ilmu pengetahuan agama buat siswa.

"Nanti yang diajarkan bukan hanya Alquran, namun juga ilmu lain sepeti fikih, tauhid, dan lainnya," ujarnya.

Bahkan, dalam konsultasi awal, pihak MUI Garut merespon masuknya kurikulum berbasis pesantren ke sekolah. "Kita sudah terapkan di SMPN 1 dan 2 Bayongbong, respon orangtua sangat bagus," kata dia.

 


Siapkan Sumber Daya Ustaz

Nampak belasan siswa SD tengah menghafal ayat susci alquran dalam salah satu mata pelajaran yang diberikan pesantren Tahfiz Al-Zamani, di kecamatan Tarogong Kidul, Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Ketua Forum Komunikasi Diniyah dan Takmiliyah (PKDT) Kabupaten Garut Iim Komarudin, menyambut baik rencana pengadopsian kurikulum pesantren ke dalam sistem pendidikan formal secara resmi.

"Jelas ini terobosan yang harus didukung semua pihak,” kata dia.

Munculnya ragam kasus video, seperti kasus video Vina Garut belakangan ini, akibat minimnya pemahaman para siswa terhadap pengetahuan agama. "Bayangkan, satu minggu hanya satu dua jam itu pun kalau ada gurunya, kalau tidak ada bagaimana," ujar dia.

Ia mencontohkan banyak ditemukan siswa pelajar kelas 2 SMP, tetapi pemahaman membaca Alquran sangat rendah.

"Bisa dibayangkan bagaimana jika kelas 2 SMP saja belum lulus iqra 2, bagaimana cara mengajinya," kata dia.

Dengan masuknya kurikulum pesantren ke dalam sekolah, lembaganya berharap hal itu bisa menjadi pelecut semua pihak berbenah melakukan perbaikan.

"Kami siapkan para ustaz yang siap memberikan pengetahuan agama bagi siswa," ujarnya.

Pihaknya menilai, penerapan sistem pendididkan full day bisa menjadi saat yang tepat, untuk memberikan pemahaman agama bagi siswa.

"Minimal ada satu atau dua jam saja ustaz masuk ke sekolah, responnya sangat baik sekali," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya