Kisah Anak Petani Miskin yang Kini Jadi Gubernur BI

Perry Warjiyo belajar dengan giat hingga lulus dari UGM dan mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 26 Agu 2019, 14:41 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Perry Warjiyo, susah sangat terkenal di dunia moneter dan juga industri perbankan. Bukan tanpa alasan karena ia saat ini menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI).

Namun siapa sangka, masa kecilnya tidak seberuntung anak-anak seusianya kala itu.

Dalam acara Kadin Talks yang dimoderatori oleh Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani, Perry membeberkan bahwa orang tuanya dulu adalah seorang petani tembakau.

"Dulu, orang tua saya bekerja sebagai petani tembakau, cukup sukses, tapi pas saya mau lulus SD, bangkrut. Akhirnya jadi petani sawah," tuturnya di Jakarta, Senin (26/08/2019).

Perry Warjiyo, yang merupakan anak ke-6 dari 9 bersaudara dituntut untuk sukses. Dirinya memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengambil jurusan kedokteran.

Namun, karena uang pembayaran formulir pendaftarannya tidak cukup, Perry akhirnya masuk jurusan ekonomi.

"Dulu saya ingat ibu saya meminjam uang dari desa sebelah sebesar Rp 35 ribu. Rp 25 ribunya untuk formulir pendaftaran, sisanya untuk ongkos dari Solo ke Jogja. Ternyata, nggak cukup (untuk daftar kedokteran), cukupnya untuk daftar ke jurusan ekonomi," ungkapnya.

Setelah itu, Perry Warjiyo belajar dengan giat hingga lulus dari UGM dan mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia. Dalam jangka waktu 4,5 tahun, Perry berhasil meraih gelar S2 dan S3, membawanya menjadi Gubernur BI hingga sekarang.


Perjalanan Karier Perry Warjiyo

Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 25 Februari 1959 ini diangkat menjadi Deputi Gubernur BI pada 15 April 2013 melalui Keputusan Presiden 28/P Tahun 2013.

Jebolan Sarjana Ekonomi Universitas Gadjah Mada 1982 itu meraih gelar Master dan PhD di bidang Moneter dan Keuangan Internasional dari Iowa State University, Amerika Serikat masing-masing pada 1989 dan 1991.

Perjalanan karier Perry Warjiyo di BI terbilang cukup panjang sejak 1984. Sebelum ditetapkan sebagai Deputi Gubernur, ia menjabat sebagai Asisten Gubernur untuk perumusan kebijakan moneter, makroprudensial dan internasional di Bank Indonesia.

Jabatan tersebut diemban setelah menjadi Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter di BI.

Sebelum kembali ke BI pada 2009, Perry pernah berkarier dan menduduki posisi penting selama dua tahun sebagai Direktur Eksekutif di International Monetary Fund (IMF), mewakili 13 negara anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group.

Perry Warjiyo sangat berpengalaman khususnya di area riset ekonomi dan kebijakan moneter, isu-isu internasional, transformasi organisasi dan strategi kebijakan moneter, pendidikan dan riset kebanksentralan, pengelolaan devisa dan utang luar negeri, serta kepala Biro Gubernur di Bank Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya