Liputan6.com, Palembang - Kehadiran warga transmigran asal Pulau Jawa, sudah menjadi hal lumrah bagi penduduk lokal di 17 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Terlebih di beberapa daerah seperti Kota Pagar Alam, Kabupaten Ogan Komering Ilir hingga Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dipadati dengan warga transmigran Jawa.
Untuk masalah perekonomian daerah, ternyata kontribusi warga transmigran Jawa sangat berpengaruh besar. Terutama dalam pengelolaan pertanian dan irigasi di daerah.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengaku saat menjabat sebagai Bupati Kabupaten OKU Timur beberapa tahun lalu, 80 persen warga yang tinggal di Kabupaten OKU Timur adalah masyarakat asli Pulau Jawa. Bahkan kehadiran warga transmigran Jawa ini sudah ada sejak tahun 1937 di kawasan Belitang Kabupaten OKU Timur.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka mengelola irigasi dan sawah. Etos kerja mereka sangat tinggi sehingga berhasil membawa OKUT sebagai Lumbung Beras Nasional. Bahkan menekan angka kemiskinan sampai terendah di Sumsel," ujarnya, Senin (26/8/2019).
Kontribusi transmigran Jawa ini juga disampaikan Gubernur Sumsel saat bertemu dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Paguyuban Keluarga Jawa Sumatera (Pujasuma) Sumsel, di Griya Agung Palembang, Sabtu (24/8/2019).
Dia menyebut saat ini angka kemiskinan di Sumsel masih tinggi. Herman Deru bahkan meminta secara khusus ke Sri Sultan Hamengku Buwono X, untuk mengajak anggota Pujasuma berperan menurunkan angka kemiskinan Sumsel yang mencapai 12,8 persen.
"Saya mohon bantuannya agar Sri Sultan mengajak warga Pujasuma bersama-sama berkontribusi menurunkan angka kemiskinan. Karena sudah menjadi rahasia umum, etos kerja warga Jawa di Sumsel sangat luar biasa sehingga menjadi motivasi tersendiri bagi kami," ujarnya.
Selama ini, kehadiran Pujasuma menjadi aset penting bagi Provinsi Sumsel. Karena telah berhasil menginspirasi masyarakat dalam mengelola pertanian dengan sangat baik. Dia pun mengharapkan kontribusi Pujasuma bisa menyukseskan target penurunan angka kemiskinan di Sumsel minimal 1 persen.
Gubernur Sumsel juga membahas pentingnya menjaga keanekaragaman serta mempertahankan Bhineka Tunggal Ika.
Terlebih peran pemimpin pemimpin daerah, pemimpin komunitas, pemimpin agama pemimpin dalam kebudayaan sangat berperan penting untuk menjaga kerukunan dan mengenyampingkan perbedaan-perbedaan yang ada.
Kontribusi Transmigran Jawa
"Kuncinya adalah silaturahmi, karena setiap agama setiap suku setiap kebudayaan itu menganjurkan untuk silaturahmi. Sehingga timbul kekuatan-kekuatan baru" ujarnya.
Ketua Pujasuma Sumsel Baryadi mengungkapkan, warga transmigran Pulau Jawa yang tinggal di Sumsel, merasa sangat nyaman karena tidak pernah merasa dibeda-bedakan.
Dengan penerimaan yang sangat baik itu, dia tetap menghimbau agar mereka tetap rukun satu sama lainnya.
"Kalau kita kompak, saya yakin pembangunan Sumsel akan lebih maju lagi dan berkeadilan. Yang penting itu tadi landasannya kerukunan," katanya.
Diungkapkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, semua etnis manapapun agama apapun harus menyadari aspek itu sehingga bisa menghargai agama lain dan menghargai budaya lain.
Karena persatuan itulah suku agama dan ras yang berbeda dapat menyatukan diri.
"Yang mayoritas dan minoritas itu sama artinya tidak ada dominasi. Karena tidak ada dominasi artinya yang minoritas tidak mengakui seperti mayoritas. Yang mayoritas jangan memaksa yang minoritas. Sehingga yang minoritas merasa nyaman karena yang mayoritas tidak memeprsoalkan," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement