Top 3: Harga Properti di Jakarta Bakal Jatuh Pasca Ibu Kota Pindah

berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Selasa 27 Agustus 2019

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 27 Agu 2019, 08:00 WIB
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Ibu Kota Negara bakal pindah ke Kalimantan Timur, tepatnya di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di sebagian Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Berbagai pendapat mewarnai seiring rencana Pemerintah memindahkan Ibu kota baru tersebut. Salah satu perdebatan yang muncul dari realisasi pemindahan Ibu kota ini ialah bagaimana nasib DKI Jakarta kedepannya.

Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengungkapkan, pindahnya status Ibu kota dari DKI Jakarta ke luar Jawa tak akan menghilangkan potensi Jakarta sendiri. Khususnya mengenai harga properti di Jakarta.

Artikel mengenai harga properti di Jakarta pasca pindah ibu kota ini menjadi salah satu artikel yang banyak dibaca. Selain itu masih ada beberapa artikel lain yang layak untuk disimak.

Lengkapnya, berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Selasa 27 Agustus 2019:

1. Ibu Kota Pindah, Harga Properti di Jakarta Bakal Jatuh?

Berbagai pendapat mewarnai seiring rencana Pemerintah memindahkan Ibu kota baru tersebut. Salah satu perdebatan yang muncul dari realisasi pemindahan Ibu kota ini ialah bagaimana nasib DKI Jakarta kedepannya.

Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengungkapkan, pindahnya status Ibu kota dari DKI Jakarta ke luar Jawa tak akan menghilangkan potensi Jakarta sendiri.

Menurutnya, Jakarta sebagai kota metropolitan akan tetap menjadi pusat bisnis pemerintahan dengan distribusi yang memadai baik bagi bisnis domestik hingga global.

"Dengan pindahnya status Ibu kota dari Jakarta ke luar jawa saya yakin tidak akan membuat Jakarta kehilangan potensinya. Jakarta tetap akan menjadi pusat bisnis di Indonesia," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (26/8/2019).

Simak berita selanjutnya di sini

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


2. Perang Dagang Makin Panas, Harga Emas Diprediksi Tambah Kinclong

Di tahun 2018, perusahaan pertambangan, ANTAM bakal meluncurkan emas dengan desain Jaman Now edisi Imlek 88 Gram.

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China semakin memanas. Hal tersebut menjadi mendorong bagi harga emas untuk terus naik pada pekan ini. Bahkan, penguatan harga emas di pekan ini bakal lebih tinggi dibanding pekan lalu.

Mengutip Kitco, Senin (26/8/2019), setelah menunggu arah sejak awal pekan, harga emas akhirnya melonjak 2 persen pada perdagangan Jumat pekan lalu. Hal tersebut didorong oleh komentar perang dagang AS-China dan komentar dari Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang cukup dovish.

Harga emas berjangka di pasar Comex untuk pengiriman Desember berakhir di USD 1.534,60 per ounce atau naik 1,73 persen pada Jumat lalu. Menurut beberapa analis, pergerakan menuju USD 1.600 per ounce semakin terlihat jelas pada pekan ini.

Simak berita selanjutnya di sini

 


3. Calon Ibu Kota Baru Harus Ramah dengan Multi Etnis

Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (30/4/2019). Pemerintah berencana memindahkan ibu kota dari Jakarta lantaran Pulau Jawa dinilai sudah terlalu padat penduduk. (Liputan6.com/JohanTallo)

Kalimantan Timur sempat ramai menjadi perbincangan masyarakat karena disebut-sebut sebagai lokasi ibu kota baru menggantikan DKI Jakarta.

Salah satu alasanya, Kaltim dinilai dihuni oleh etnis yang beragam sehingga ramah dan terbiasa akan perbedaan budaya. Dari sini, Kaltim dipandang cocok jadi kandidat Ibu Kota baru.

Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, ibu kota baru sebaiknya memang ramah akan perbedaan di dalam negeri. Selain itu, mereka juga harus siap membuka ruang sebagai daya tarik bagi tamu asing.

"Terlebih lagi untuk Indonesia yang memang penduduknya terdiri dari berbagai etnis dan ratusan suku. Jadi wajar jika ibu kota yang baru harus benar-benar siap menerima berbagai ragam kultur baik ragam kultur domestik maupun yang dari global," tuturnya kepada Liputan6.com Senin (26/8/2019).

Simak berita selanjutnya di sini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya