Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerangkan bahwa fenomena kekeringan yang melanda Ibu Kota DKI Jakarta dan beberapa wilayah di Indonesia masih dalam tahap normal.
"Memang lebih kering dari tahun 2018, tetapi tidak sekering tahun 2015. Hujannya mundur 11 sampai 13 harian," kata Kepala Pusat Layanan Iklim BMKG, Nasrullah Ully saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Advertisement
Menurut Nasrullah, saat ini yang mempengaruhi iklim kering di Indonesia, termasuk Jakarta ialah suhu muka laut Indonesia dan Dipole Mode.
"Sekarang Dipole Mode-nya masih positif. Artinya air yang ada di Indonesia bagian barat (Pantai Barat Sumatera) itu ditarik ke arah Afrika sana," jelas Nasrullah.
Sementara itu, lanjutnya, pengaruh El Nino, saat ini sudah tidak lagi mempengaruhi kondisi kering di Indonesia. "Nggak ada, El Nino sudah menyeluruh. Sudah normal," ungkapnya.
Kata Nasrullah, BMKG memprediksi, puncak kekeringan di Jakarta akan terjadi antara September hingga awal Oktober. Dan diperkirakan awal musim hujan akan terjadi pada akhir Oktober nanti.
"Kalau hujan biasa mungkin akan terjadi tapi itu tidak menandakan musim hujan karena intensitas tidak signifikan," jelasya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Hemat Air
Oleh karena itu, Nasrullah mengimbau supaya warga Jakarta, terlebih lagi yang sudah terdampak kekeringan untuk menghemat air bersih. Penghematan salah satunya bisa dilakukan dengan lebih efisien dalam mencuci mobil.
"Yang nyuci mobil biasanya seminggu dua kali. Bila perlu hemat, dilap aja. Nggak musim hujan kan gak kotor," imbaunya.
"Terus reinstalasasi sakura-saluran air," imbuh Nasrullah.
Advertisement