Liputan6.com, Jakarta Mayangsari tepat berusia 48 tahun pada 23 Agustus 2019. Merayakan hari kelahirannya, ia menggelar pesta meriah di kampung halaman, Purwokerto.
Halaman luas di rumah pribadinya menjadi lokasi perayaan. Sejumlah tamu yang hadir mengenakan kaus putih dengan lengan berwarna hitam bertuliskan angka 48 di bagian depan.
Lewat video yang diunggah melalui akun Instagramnya @mayangsaritrihatmodjoreal, 24 Agustus 2019, pelantun lagu Tiada Lagi itu tampil sangat kasual. Ia hanya mengenakan kaus berlengan 3/4 dengan celana jins selutut serta menyelempangkan tas bermotif batik.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu sangat berbeda saat ia merayakan ulang tahun pertama kali di rumahnya, kawasan Simprug, Jakarta Selatan. Ia mengenakan atasan pink dan rok selutut, senada dengan warna kemeja yang dipakai Bambang Trihatmodjo.
Dalam pesta ulang tahun di Purwokerto itu, Mayang kembali menghadirkan kue ulang tahun berdekorasi bunga-bunga dan inisial namanya AGM. Di samping kue ulang tahun, terdapat nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauknya.
Dalam salah satu foto, Mayang mendapat kecupan manis dari dua orang yang dikasihinya, yakni putri tunggalnya Khirani Siti Hartina Trihatmodjo dan sang suami. Yang berulang tahun meresponnya dengan senyuman lebar di wajah.
"Beautiful moment celebrate birthday party with my lovely family ❤❤❤ Love U all...," tulis Mayangsari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Puncak Keriaan
Tapi, acara puncak perayaan ulang tahun Mayangsari adalah sejumlah perlombaan ala 17 Agustusan. Dengan halaman yang luas, ia bisa leluasa menggelar beragam perlombaan yang diikuti keluarga besarnya.
Salah satunya adalah lomba balap karung menggunakan helm. Per sesi bisa diikuti oleh tiga orang. Pemenang ditentukan mereka yang berhasil mencapai garis finish lebih dulu.
Perlombaan itu cukup mengundang gelak tawa. Para penonton juga bersemangat menyoraki para peserta yang tak semuanya bergerak lincah. Bahkan di garis finish, ada salah satu peserta yang terjatuh.
Lomba lainnya adalah makan kerupuk. Lomba yang diikuti anak-anak itu terlihat berbeda dari biasanya lantaran kerupuk yang hendak dimakan dikaitkan tali yang ujungnya diikatkan pada jempol kaki peserta.
Dengan begitu, peserta mau tak mau harus mengangkat satu kaki bila ingin menghabiskan kerupuk yang digantung. Para penonton pun riuh menyemangati mereka yang berlomba.
Advertisement