Liputan6.com, Jakarta Demi memastikan produk pangan kaleng buatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) aman dan tahan lama, perlu diterapkan teknologi sterilisasi komersial. Teknologi retort--pengemasan produk pangan dalam kaleng atau pouch yang kedap udara dan melalui proses pemanasan--dapat digunakan untuk mendukung kualitas keamanan produk pangan.
Sterilisasi dengan teknologi retort dilakukan dengan memanaskan produk kemasan dalam bejana tahan panas dengan suhu 121,1 derajat Celsius selama 30 menit. Adanya sistem pemanasan dapat membuat produk pangan kaleng bisa awet hingga dua tahun.
Advertisement
"Penggunaan retort ini untuk makanan apa saja, terutama yang lagi nge-tren sekarang produk kalengan tradisional ya, seperti gudeg dan rendang. Pengemasan itu kan butuh teknologi retort. Jadi, dipanaskan dengan suhu temperatur tinggi," papar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K Lukito saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta (27/8/2019).
Proses pemanasan bertujuan memusnahkan spora bakteri patogen yang ada dalam produk pangan. Dengan demikian, keamanan masyarakat saat mengonsumsi produk pangan UMKM pun terjamin baik.
Retort, Teknologi yang Mahal
Teknologi retort sangat diperlukan guna menunjang kualitas kemanan pangan. Namun, tidak semua pelaku UMKM punya alat retort. Teknologi ini punya standar tinggi dan mahal. Sementara, umumnya pelaku UMKM memiliki modal kecil dan terbatas. Untuk itu, BPOM berupaya memfasilitasi pengadaan teknologi sterilisasi komersial retort.
"Salah satunya tersedia di unit inkubator UMKM untuk pangan di daerah atau lembaga pemerintah dan lembaga tertentu. Kami juga sedang bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan institusi LIPI di daerah," lanjut Penny.
Kehadiran alat retort membantu produk UMKM dapat lebih berdaya saing, waktu penyimpanan produk lebih lama, dan produk lebih berkualitas.
Advertisement