5 Ancaman Siber Ini Sering Targetkan Perusahaan

Inilah lima bentuk ancaman siber terkini yang menargetkan dan menyerang perusahaan dan berisiko tinggi bagi operasional bisnis perusahaan.

oleh Yuslianson diperbarui 28 Agu 2019, 06:30 WIB
Kawasan Asia Tenggara mulai menjadi pemain ekonomi skala besar sehingga memicu para hacker untuk melakukan penyerangan siber. (Doc: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring perkembangan teknologi zaman sekarang, ancaman siber pun acap kali menyerang perusahaan kecil ataupun besar. Beragam cara dan teknologi digunakan penjahat siber untuk mengidentifikasi dan meluncurkan serangan kepada perusahaan di berbagai industri.

Guna membantu pebisnis atau pihak terkait di perusahaan mengidentifikasi ancaman siber terkini, Grant Thornton merilis laporan “Cyber Security: The Board Report 2019”.

Tak hanya untuk mengenali serangan siber, laporan itu juga memuat informasi bagaimana peran penting petinggi perusahaan dalam memerangi serangan siber.

Statistik mencatat, dua per tiga dari bisnis menengah atau besar mengalami setidaknya satu penyusupan atau serangan siber dalam 12 bulan terakhir.

Grant Thornton juga merangkum 5 bentuk ancaman siber terkini yang menargetkan dan menyerang perusahaan dan berisiko tinggi bagi operasional bisnis perusahaan.

Berikut ini penjelasan singkatnya, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi yang Tekno Liputan6.com terima, Rabu (28/8/2019)

1. Ransomware

Beberapa tahun belakangan ini, ancaman serangan ransomware semakin marak. Penyerang memasang perangkat lunak untuk mematikan sistem bisnis atau membuat bisnis menjadi offline.

Korban pun harus membayar sejumlah tebusan sebelum ransomware dihapus atau dinonaktifkan. Dalam variasinya, penyerang mengancam membuat data korup, sehingga tidak dapat digunakan jika uang tebusan tidak dibayarkan.

 


2. Pencurian data

Hacker alias peretas merupakan orang yang ahli dalam hal menerobos masuk ke dalam sistem keamanan jaringan komputer milik seseorang

Penyerang mencuri data pelanggan dan menjualnya ke oknum lain yang kemudian melakukan pencurian identitas. Atau, mereka meminta pembayaran untuk mengembalikan data yang dicuri tadi.

3. Penyamaran sebagai CEO atau petinggi perusahaan lain

Pengintaian online atas data publik memungkinkan pelaku kejahatan menyamar sebagai CEO atau direktur keuangan. Pelaku kemudian dapat meminta perubahan detail pembayaran pada faktur dan mengalihkan pembayaran ke akun mereka sendiri.

4. Penambangan bitcoin

Ini adalah bentuk kejahatan siber relatif baru tetapi semakin sering terjadi. Penyerang memasang perangkat lunak pada sistem TIK perusahaan dan membajak prosesor untuk menghasilkan mata uang kripto. Sistem bisnis segera melambat atau berhenti.


5. Pencurian Intelectual Property

Ilustrasi hacker (iStockPhoto)

Spionase tidak terbatas pada aksi mata-mata di suatu negara. Spionase industri adalah ancaman nyata, dengan perusahaan ambisius yang menargetkan sistem perusahaan saingan untuk mencuri Intelectual Property.

Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia mengatakan, "Kelompok penjahat siber cenderung menargetkan perusahaan menengah."

Ia menambahkan, "Perusahaan menengah masih cukup berharga untuk menjadi target kejahatan siber yang potensial, tetapi perusahaan menengah mungkin ini tidak memiliki tingkat sumber daya untuk berinvestasi dalam pertahanan keamanan siber".

(Ysl/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya