Liputan6.com, Jakarta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pangan di Indonesia semakin berkembang. Mereka pun semakin giat untuk berkreasi dan berinovasi. Berbagai produk kuliner Nusantara kini mulai dijajakan dalam kemasan. Sebut saja rendang, gudeg, sambal kerecek, dan sayur lombok ijo yang mulai marak dikemas dalam bentuk kaleng atau pouch tahan panas.
"Dalam mengembangkan produknya, UMKM saat ini mulai giat untuk lebih inovatif dan kreatif. Salah satunya tumbuh inkubator-inkubator yang memfasilitasi perkembangan UMKM. Hal itu menggembirakan dari sisi peningkatan daya saing," ujar Kepala Badan POM RI Penny K Lukito, ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Advertisement
Namun, seiring dengan perkembangan ini, ada tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM, yakni dalam mengadakan sendiri teknologi sterilisasi komersil di dalam kaleng, terutama untuk pangan yang sifatnya spesifik lokal komersil seperti gudeg dan rendang. Penny menjelaskan, kemasan produk tradisional dalam kaleng membutuhkan teknologi agar dapat tahan lama.
"Sekarang banyak pangan lokal yang dikemas. Bahkan daging kurban bisa saja dikalengkan bila jumlahnya berlebihan. Lalu kita sebarkan (dijual) lebih jauh lagi," ujar Penny.
Menurutnya, dengan keamanan pangan steril komersial yang baik akan berpotensi meningkatkan pangsa pasar dan bisnis UMKM. Untuk mencapai hal tersebut BPOM mengeluarkan Program Lintas Sektor Terpadu Pangan Berdaya Saing.
"Tapi di dalamnya bukan termasuk pangan saja, ada juga soal kosmetik," lanjut Penny.
Teknologi Sterilisasi Komersil
Melalui Program Lintas Sektor Terpadu Pangan Berdaya Saing, para pelaku UMKM akan dibantu dalam fasilitas teknologi sterilisasi komersil. Diharapkan hal itu dapat meningkatkan mutu produk pangan kemasan mereka.
"Ini ditindaklanjuti konkret. Salah satu kesulitan bagi UMKM adalah pengadaan teknologi sterilisasi komersil. Sterilisasi pangan komersial untuk pengalengan," lanjut Penny.
Fasilitas teknologi sterilisasi komersil ini bisa dibangun di unit inkubator bisnis pangan yang ada di daerah dan beberapa lembaga tertentu. Pihak UMKM pun bisa mempergunakan teknologi tersebut.
"Tentunya, teknologi ini untuk mengawetkan dan menjaga daya tahan produk. Jadi, bisa dipasarkan lebih jauh dan berdaya saing tinggi," Penny menambahkan.
Sejauh ini pangan menjadi industri unggulan Indonesia guna merespons kebutuhan masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Penny mengatakan, lebih dari 90 persen pelaku usaha pangan adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Advertisement