Liputan6.com, Jakarta - Panggung Soehana Hall pada Selasa malam, 28 Agustus 2019, menjadi saksi bisu pembuktian 13 murid pertama Indonesia Menuju Broadway. Mereka mempersembahkan pertunjukan teater musikal berjudul What I Did For Love.
Pertunjukan yang sedianya digelar pada pukul 19.00 WIB dimulai molor lebih dari setengah jam. Meski begitu, ratusan penonton tetap sabar menanti penampilan perdana 13 seniman muda berbakat Indonesia yang berlatih lima hari di New York itu.
Hingga kemudian lampu utama ruangan digelapkan, cahaya pun terfokus pada panggung di depan. Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian tampil pertama kali di hadapan hadirin, menjelaskan secara singkat bagaimana pertunjukan malam itu bisa terwujud.
Baca Juga
Advertisement
Ia sempat mengungkapkan, sebenarnya ada 16 orang yang terpilih menjadi peserta Indonesia Menuju Broadway setelah melalui seleksi ketat dari 672 pelamar. Namun, hanya 13 orang yang berhasil sampai di New York, tiga lainnya batal karena persoalan visa dan ada yang mendapat tawaran main film.
"Hari terakhir di New York, mereka buat penampilan dengan disaksikan banyak orang. Ada pemain (teater) Harry Potter, casting director juga. Mereka beri apresiasi, apalagi pelafalan Bahasa Inggris mereka juga sudah baik. Paling kita kalah dari Filipina yang memang menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari," kata Renita.
Pertunjukan itu dibagi dalam tiga babak yang menceritakan anak-anak muda mengejar mimpi berkarier di Broadway. Naskah dan lainnya diatur sedemikian rupa mengikuti pakem kiblat teater musikal dunia itu. Ada sekitar 40 lagu Broadway yang dibawakan dan seluruhnya menggunakan Bahasa Inggris.
Direktur Musik Seth Weinstein didapuk menjadi pemain piano malam itu, mengiringi para pemain bernyanyi dan membangun suasana musikal yang kental. Seth pula yang sempat melatih para pemain dalam proses audisi final di Jakarta, beberapa bulan lalu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Kejutan di Atas Panggung
Pada babak pertama, para pemain menghadirkan cerita awal mula para tokoh mengawali perjuangan di dunia teater musikal. Mereka didandani dengan kostum warna-warni ala era 50-an yang mencerminkan gejolak masa muda.
Mereka diceritakan berlatih di panggung yang sama hingga beberapa di antaranya menjalin cinta lokasi. Tentu, hubungan asmara itu tak bisa terbuka lantaran ada larangan tidak tertulis soal itu.
Kisah cinta diam-diam itu ditunjukkan melalui gestur konyol yang beberapa kali mengundang gelar tawa penonton. Tak hanya cerita manis, ujian asmara datang pula dari para pelakor hingga menggoyahkan jalinan cinta yang dibangun.
Adegan balas dendam pun terjadi. Klimaksnya, tiga pemain perempuan mengundang tiga penonton lelaki ke atas panggung. Dua di antaranya adalah wajah yang familier, Reza Rahadian dan Aming.
Kehadiran spontan mereka di atas panggung menambah riuh dari bangku penonton. Ditambah lagi, liukan tubuh tiga aktris teater itu sangat menggoda iman. Tak pelak, ekspresi yang ditunjukkan para tamu dadakan menjadi pusat perhatian. Babak pertama pun ditutup dengan pose mengundang ketiga pemain yang salah satunya adalah penyanyi Galabby Thahira.
Advertisement
Perjuangan Menguasai Panggung
Abby, biasa ia dipanggil, menjadi salah satu aktris yang mencuri perhatian pada pertunjukan malam itu. Utamanya memasuki babak kedua saat ia berperan sebagai kriminal yang menghadapi persidangan.
Mengenakan busana serba hitam, gerak-gerik Abby begitu lentur. Ia tak canggung beradegan seksi, termasuk saat berusaha menggoda seorang lelaki penjaga sel. Olah geraknya yang begitu berani spontan mengundang teriakan penonton.
Namun, yang tak terlupakan pada malam itu adalah aksi Putri Indam Kamilla yang bernyanyi ala rapper pada babak pertama. Mulutnya komat-kamit melafalkan dialog panjang dengan tempo cepat saat ia menyatakan tak ingin menikah saat itu.
Tak hanya aktingnya sukses mengundang tawa, nyanyian rap-nya juga mengundang decak kagum. Bagaimana tidak, ia bisa menyampaikan kalimat dengan jelas dalam Bahasa Inggris secara lancar.
Perempuan lulusan LaSalle College Singapura jurusan teater musikal tersebut mengaku butuh sebulan untuk menguasai seluruh perannya, baik dialog, lagu, hingga koreografi. "Aku break down words by words. Baca script-nya dulu baru musiknya," ujarnya kepada Liputan6.com.
Apresiasi dari Penonton
Sementara itu, Reza Rahadian yang hadir menonton malam itu mengapresiasi penampilan 13 seniman tersebut. Ia menyatakan terlalu dini untuk mengkritisi seniman-seniman teater musikal itu mengingat di Indonesia masih jarang pertunjukan semacam itu.
"Apalagi, mereka sudah sempat dilirik casting director, we never know," katanya.
Ia berharap ekosistem teater musikal di Indonesia dikembangkan lebih serius, khususnya oleh Bekraf. Ia pun tak menolak bila diajak ikut bermain pertunjukan serupa.
"Kalau ada film musikal, enggak mungkin nolak. Saya sangat suka musikal," ujar Reza.
Pertunjukan berdurasi 60 menit itu akhirnya ditutup dengan Lagu Indonesia Pusaka yang dinyanyikan tanpa musik pengiring. Seth Winstein hanya memandang dengan tatapan bangga dari balik pianonya.
Baca Juga
Rocky Gerung Tantang Fadli Zon Datang ke Komunitas Seni untuk Perdebatkan Lukisan Yos Suprapto yang Batal Dipamerkan
Yos Suprapto Turunkan Semua Lukisannya di Galeri Nasional, Tak Merasa Rugi Pameran Dibatalkan
Fadli Zon Bantah Ada Pembredelan di Pembatalan Pameran Tunggal Yos Suprapto: Kami Tidak Ingin Membatasi Kebebasan Berekspresi
Advertisement