Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara masih menjadi momok menakutkan masyarakat Indonesia khususnya perempuan. Salah satu jenis yang paling agresif adalah HER2-positif.
Seringkali, seseorang takut untuk mengonsumsi obat-obatan kanker payudara karena efek sampingnya. Padahal, jika sudah stadium lanjut, tentu saja kualitas hidup pasien menjadi lebih buruk.
Advertisement
Namun, sesungguhnya pasien bisa mengonsumsi obat berjenis Trastuzumab emtansine. Obat ini dinilai dokter mampu mengendalikan kanker payudara HER2-positif stadium lanjut agar memiliki harapan serta kualitas hidup yang lebih baik.
"Dia adalah obat (Trastuzumab) yang lama, yang ditambah dengan 'senjata balistik' baru bernama emtansine. Emtansine adalah obat kemoterapi. Jadi ini diberikan satu paket bersama dengan Trastuzumab untuk mengatasi masalah resistensi terhadap Trastuzumab," kata dokter spesialis penyakit dalam Andika Rachman dalam temu media di Jakarta pada Rabu (28/8/2019).
Andhika mengatakan bahwa sesungguhnya jenis obat ini sudah ada sejak 2013. Namun, baru masuk ke Indonesia tahun 2018, serta sudah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Digunakan untuk Pengobatan Kanker Payudara Stadium Lanjut
Trastuzumab emtansine dirancang untuk menargetkan protein HER2 secara spesifik dan menghancurkan sel kanker dari dalam sel kanker itu sendiri. Sehingga, obat tersebut mensinergikan antara kemoterapi serta terapi target dalam satu obat tunggal.
"Hal ini akan mengurangi kerusakan pada jaringan sel normal lainnya sehingga mengurangi efek samping akibat komponen kemoterapinya," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.
dr. Cosphiadi Irawan mengatakan bahwa di Indonesia, obat ini terdaftar di tahap pengobatan kedua meski di luar negeri ada juga yang menggunakannya di tahap stadium awal. Karena itu, sebelum berkonsultasi dengan dokter untuk penggunaan Trastuzumab emtansine, ada beberapa tahap pemeriksaan serta perawatan awal yang sudah harus dilewati.
"Jadi kalau bukan stadium 4 protokolnya tratuzumab saja sama kemoterapi," kata Cosphiadi dalam kesempatan yang sama.
Cosphiadi mengatakan, di Indonesia sendiri, kebanyakan pasien sudah didiagnosis kanker ketika stadiumnya mencapati tingkat lanjut. Karena itu, obat semacam ini dinilai sangat membantu seseorang.
Andhika menambahkan, obat tersebut memberikan rata-rata bertahan hidup hingga 30,9 bulan serta menunda penyakit menjadi lebih buruk hingga 9,6 bulan.
"Kejadian efek sampingnya juga lebih sedikit dibandingkan pengobatan standar lapatinib dan capecitabine," kata dokter yang juga berpraktik di MRCCC Siloam Hospital Jakarta ini.
Advertisement