Liputan6.com, Jakarta - Hukuman kebiri kimia yang dijatuhkan pada seorang pria bernama Muhammad Aris (20) asal Mojokerto menimbulkan kontroversi di masyarakat. Beberapa pihak mendukung eksekusi pada pelaku pedofilia pada 9 anak gadis itu, namun tidak sedikit yang menolak.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur adalah salah satu yang menolak. Mereka menilai bahwa hukuman kebiri kimia yang akan dilakukan bertentangan dengan kode etik dan sumpah dokter. Mereka juga menolak apabila diminta melakukan eksekusi tersebut.
Advertisement
Hukuman semacam ini ternyata tidak hanya menimbulkan kontroversi di Indonesia. Baru-baru ini, kebiri kimia juga disahkan di Alabama, Amerika Serikat dan tetap menuai kritik.
Berikut beberapa efek samping yang terjadi bisa mendapati kebiri secara kimia dari beberapa studi yang Liputan6.com rangkum dari sejumlah sumber, Rabu (28/8/2019):
1. Gairah Menurun
Menurut sebuah studi tahun 1981 oleh Gagne, efek terlihat dalam dua sampai tiga minggu setelah penyuntikan. Fantasi, gairah, dan dorongan seksual yang lebih rendah (khususnya masturbasi).
Advertisement
2. Sakit Kepala, Mual, dan Panas Dingin
Studi Gagne (1981) juga menunjukan terdapat efek samping yang berbeda atau bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan pasien.
3. Ginekosmatia dan Panambahan Berat Badan
Studi dari Gagne (1981), Meyer; Collier; dan Emory (1992) juga menunjukan bahwa 'mereka' akan mendapat gejala ginekosmatia (penumbuhan payudara pria) dan berat badan yang bertambah.
Advertisement
4. Menghilangkan Kemampuan Ereksi
Studi seminal Laschet (1971) mengamati secara signifikan berkurang atau dihilangkan dorongan seksual, ereksi dan orgasme.
5. Flebitis
Flebitis adalah sebuah penyakit yang menyerang darah, studi dari Kravitz, Haywood, & Kelly (1995); Meyer, Collier, & Emory (1992) menyebutkan penyakit tersebut.
Advertisement
6. Pendarahan pada Usus
Selain flebitis, studi Kravitz, Haywood, & Kelly (1995); Meyer, Collier, & Emory (1992) juga menyebut keluhan Gastrointestinal.
7. Diabetes
Studi Kravitz, Haywood, & Kelly (1995); Meyer, Collier, & Emory (1992) juga menyebutkan diabetes, walau kemungkinannya tidak besar.
Reporter: Windy Febriana
Advertisement