Liputan6.com, Jakarta - Era industri 4.0 turut memengaruhi bisnis kecantikan. Kecantikan kini tak lagi miliki diri sendiri atau personal beauty, tetapi sudah bergeser menjadi social beauty.
Moka, startup penyedia layanan kasir, dalam rilis kepada Liputan6.com mengungkapkan, calon konsumen sekarang terbiasa mencari informasi di media sosial, baik Instagram maupun YouTube sebelum melakukan perawatan. Hal itu menandakan medsos berperan sangat penting sebagai kanal pemasaran.
Baca Juga
Advertisement
Tak heran, para pelaku bisnis kecantikan kini berlomba-lomba memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan usahanya. Konten terbaik diperlukan agar yang calon konsumen yang dituju bisa tertarik.
"Jangan lupa sesuaikan postingan dengan karakteristik media sosial yang digunakan," tulis Moka.
Selain media sosial, pelaku bisnis kecantikan juga bisa mengembangkan pemasaran lewat salon maupun klinik. Riset Moka menunjukan bahwa shampo menjadi produk yang paling laris manis dijual di salon maupun klinik kecantikan. Berikutnya adalah krim jerawat, minyak esensial dan krim malam.
Produk yang dijual di salon biasanya laku karena testimoni dari mulut ke mulut serta kepiawaian pegawai dalam berpromosi. Di sinilah pentingnya mengedukasi pegawai agar memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait produk-produk kecantikan yang dijual.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perawatan Terpopuler
Berdasarkan data internal periode Januari hingga Juli 2019, tahun ini, perawatan wajah menjadi jenis perawatan terpopuler yang dilakukan konsumen di salon. Tak heran mengingat wajah merupakan bagian tubuh yang palingmenentukan kesan pertama.
Beralih ke kuku, nail art menjadi jenis perawatan paling hit sepanjang 2019. Desain unik serta tambahan stiker warna-warni menjadi pilihan favorit para konsumen yang kebanyakan merupakan kaum hawa.
Perawatan kuku lain yang digemari adalah nail polish serta manicure-pedicure. Data Moka mengungkap bahwa Selasa, Kamis, dan Jumat, sekitar pukul 3 hingga 4 sore, menjadi waktu yang paling disenangi pelanggan untuk merawat kuku. Asumsinya, pada hari kerja pelanggan menginginkan perawatan yang cepat namun berdampak signifikan bagi penampilan.
Untuk rambut, menggunting menjadi perawatan yang paling jamak dilakukan pelanggan di salon. Harga yang dipatok untuk jasa menggunting rambut di Indonesia bervariasi.
Salon di daerah Jabodetabek memasang tarif tertinggi, yakni berkisar di angka Rp140 ribu. Di urutan kedua, ada Bali yang rata-rata memasang harga Rp10 ribu--Rp15 ribu lebih murah dibandingkan di Jabodetabek. Berikutnya adalah salon di daerah Surabaya, Medan, dan Makassar yang mematok tarif Rp80 hingga Rp65 ribu.
Kisaran harga ini bisa menjadi dasar bagi pelaku bisnis kecantikan untuk menentukan tarif, agar tak kemahalan maupun kemurahan. Bila mematok harga lebih tinggi, pastikan tempat usaha Anda memiliki “x factor” yang mengundang pelanggan untuk datang.
Advertisement
Waktu Tersibuk
Meski bukan yang terpopuler di kalangan pelanggan, spa menjadi perawatan yang mendatangkan untung terbanyak. Untuk menikmati spa selama 1,5 sampai 2 jam, konsumen harus merogoh kantong senilai Rp500 ribu. Harga tersebut paling mahal bila dibanding pijat atau terapi Rp400 ribu, perawatan kuku Rp250 ribu, dan perawatan rambut Rp200 ribu.
Selain perawatan dan produk favorit, waktu yang favorit untuk merawat diri di salon juga menjadi informasi penting bagi pelaku bisnis kecantikan. Data Moka menunjukkan bahwa waktu paling disukai pelanggan untuk melakukan perawatan di salon maupun klinik kecantikan adalah Sabtu dan Minggu dari pukul 2 siang hingga 5 sore.
Periode tersebut dipilih pelanggan karena sebagian besar tidak sempat melakukan perawatan di hari kerja. Agar tidak merugi di waktu sepi, pengelola salon dapat berstrategi.
Yang paling banyak dilakukan adalah dengan memberikan harga miring untuk perawatan tertentu atau memberikan bonus produk bagi pelanggan yang telah mengambil paket yang ditentukan. Data Moka menunjukan bahwa promo demikian sukses menarik pelanggan.